Senin, 31 Maret 2008

HARI-HARI APES SAYA

Inilah hari-hari apes saya. Mungkin juga tuhan sedang menguji saya. Bermula dari peristiwa suatu malam ketika mengantarkan kawan saya di daerah Kricak. Secara tak sengaja saya menabrak tikus wirok besar yang sedang hamil di sebuah gang. Sebetulnya tidak benar-benar menabrak. Si tikuslah yang menghampiri motor saya. Sepertinya ia memang ingin bunuh diri. Dan memang akhirnya ia tewas secara tragis. Terkapar di tengah jalan. Sayang, waktu itu saya tak kepikiran untuk meminggirkan mayatnya ke tepian.

Setelah peristiwa itu ( mungkin ini cuma perasaan saya), bertubi-tubi kesialan menimpa saya. Dimulai dari diare berkepanjangan yang tak sembuh-sembuh. Berbagai jenis obat saya telan, tapi tak kunjung sembuh juga. Bahkan cara tradisional juga saya coba, seperti mengunyah daun jambu. Tubuh jadi meriang dan kepala makin pusing. Di tempat kerja pun saya harus bolak-balik ke belakang. Diare ini akhirnya berakhir berangsur-angsur setelah saya periksakan ke rumah sakit.

Hampir bersamaan dengan diare ini, ada beberapa persoalan pribadi yang melilit saya. Membuat saya harus berpikir sangat keras. Untunglah juga tidak berlarut-larut.

Kesialan berlanjut ketika saya bersama kawan-kawan mendaki Sindoro. Awalnya, saya sangat percaya diri akan dapat menaklukan Sindoro dengan mudah. Gunung ini tidak terlalu tinggi dan medannya kelihatan mudah. Tak dinyana disana saya seperti kehilangan tenaga. Kaki ini sulit digerakkan dan nafas tersengal-sengal. Akhirnya, saya memang tidak mampu sampai ke puncak Sindoro. Untuk turun kembali pun saya harus berjuang sekuat tenaga. Belum pernah saya alami kegagalan sadahsyat ini. Mungkin banyak orang mengira saya kapok naik gunung lagi. Tidak. Saya tidak kapok naik gunung lagi. Saya masih ingin mendaki lagi. Tapi dengan persiapan dan kondisi tubuh yang lebih prima. Maaf kawan, mungkin kemarin saya agak menghambat pendakian kalian. Suatu saat akan saya tebus kegagalan kemarin...hehe.

Dan ini adalah puncak kesialan saya. Tadi sore, sewaktu pulang kerja berboncengan dengan kawan saya, menyerempet anak sekolah di Jalan Wates dekat pertigaan Sentolo. Tiba-tiba saja diantara kerumunan kendaraan, seorang anak sekolah bersepeda berbelok memotong jalan. Walau tidak menghantam secara telak, tapi anak ini jatuh dan lecet-lecet juga. Sialnya, ada polisi juga disitu. Tapi untungnya polisi ini lumayan baik. Tidak minta macam-macam. Damailah intinya begitu. Saya kasih anak ini uang Rp 20.000,00 untuk mengobati lecetnya. Awalnya sih mau saya bawa ke rumah sakit sekalian saya antarkan pulang. Tapi si anak dan seorang saudaranya yang kebetulan ada disitu menolak tawaran saya.

Saya pikir persoalan selesai sampai disitu. Ternyata masih berlanjut juga. Sorenya ibu si anak mencari saya bersama polisi tadi. Ia mengatakan bahwa tangan dan kaki anaknya tak dapat digerakkan. Dan harus dibawa ke rumah sakit. Ia juga minta ganti hp anaknya yang rusak karena terjatuh. Saya agak tercengang juga melihat permintaan ibu si anak yang macam-macam ini. Padahal, ketika saya tanya tadi si anak menjawab tidak ada keluhan apa-apa. Saya beriktikad baik. Saya turuti saja kemauan si ibu ini asal masuk akal. Kalo memang sakit benar-benar, saya bersedia mengganti. Kalo perlu rontgen sekalian. Soal hp pun saya bersedia menservicenya lagi. Walau agak berbelit-belit, akhirnya saya dan ibu si anak ini berdamai dengan baik. Bahkan, saya seperti mendapat saudara baru. Saya menjadi akrab dengan seluruh keluarganya.

Demikianlah kesialan-kesialan saya hari-hari belakangan ini. Walau berakhir dengan baik tapi sedikit banyak menggetarkan hati saya juga. Mungkin saya harus lebih banyak introspeksi lagi. Banyak tingkah laku dan perbuatan saya yang menyimpang dari jalan lurus yang maha kuasa. Saya harus benar-benar banyak berbenah. Semoga kesialan ini tidak kembali berlanjut.....

Salam.

Giant, 31 Maret 2008

Sabtu, 29 Maret 2008

PIKNIK

Suatu kali, saya berbincang-bincang dengan kawan saya tentang salah satu ukuran kebahagiaan. Kawan saya ini, Gus Yuli namanya, seorang santri hebat yang pernah saya kenal. Ilmu agamanya tinggi dengan pembawaan yang supel dan ramah. Wajahnya selalu dihiasai senyum sepanjang hari. Sungguh suatu hal yang menyenangkan bisa ngobrol panjang lebar dengan beliaunya ini.

Dia mengatakan, orang baru dikatakan sukses dan bahagia apabila dalam kesibukannya sehari-hari masih bisa meluangkan waktunya sekedar untuk bersenang-senang atau memanjakan diri semacam berlibur atau piknik. Dengan piknik niscaya pikiran kita akan lepas dari beban berat apapun yang mendera. Disitulah letak sebuah kebahagiaan yang sebenarnya. Maka, berbahagialah orang yang masih bisa piknik walau cuma sekedar jalan-jalan, nonton, makan bareng-bareng ataupun yang lagi ngetrend di tempat kerja saya : mancing.

Saya jadi berpikir, apa saya termasuk orang yang tidak bahagia? Kebiasaan-kebiasan piknik semacam itu jarang saya lakukan. Banyak kawan-kawan saya yang mengajak tapi sering saya tolak walau kadang-kadang ikut juga. Sekedar menjaga perasaan teman dan membina hubungan baik saja. Saya memang tipe orang yang males untuk acara-acara begituan. Mending buat tidur atau yang lain.

Nah...kalo tidur itu baru hobi saya. Tanpa dikomandopun saya sudah terlelap dengan sendirinya. Kadang, sewaktu naik kendaraan bermotor mata ini maunya terpejam juga. Berkali-kali saya menabrak trotoar gara-gara terserang kantuk. Dan yang lebih parah lagi, sewaktu saya masih sering nglaju naik bis, berkali-kali pula saya keblandang berkilo-kilo gara-gara ketiduran. Mungkin ini ada hubungannya dengan mata saya yang sipit kaya orang ngantuk ini. Entahlah. Yang jelas saya memang gampang sekali tertidur. Dan ini obsesi saya : menaklukan malam dengan begadang semalaman. Obsesi yang selalu gagal walau sudah ditemani berbatang-batang rokok dan bergelas-gelas kopi.

Lama-lama saya pikir, tidur adalah piknik saya. Dengan tidur pikiran saya bebas dan merdeka. Berkelana di alam mimpi tanpa ada sekat-sekat atau batas –batas apapun. Disana saya bisa bertemu dan berjabat tangan dengan Luna Maya yang saya kagumi. Bersenda gurau dengan Ahmadinedjad ataupun khadafi yang hebat. Bermain bola dengan Pirlo, Nesta ataupun Kaka dalam sebuah tim bernama AC Milan yang sangat saya banggakan. Berguru dan berbincang hebat dengan Sang Budha tentang hakekat kehidupan. Berjalan dan makan bersama lagi dengan Lai, gadis manis berambut panjang dan berbibir sensual, yang pernah mengisi hari-hari saya.....Ah, begitu banyak sesuatu di alam mimpi yang tak mungkin saya dapatkan di alam nyata. Seandainya kehidupan fana ini seperti di alam impian, alangkah indahnya !!

Namun, saya tak mau terjebak dalam utopia berkepanjangan. Hidup harus berbesar hati dan mau menerima kenyataaan. Perjuangan tak pernah mengenal kata mati dan berhenti. Karena itulah sore ini saya mau membuktikannya. Ajakan Land dan Kent ke Sindoro saya sanggupi. Lihatlah kawan...Anjing rumahan telah keluar dari belenggu rantai majikan. Guk...guk...guk..kaing...kaing...plung !!!

Virgo, menjelang ke Sindoro

Jumat, 28 Maret 2008

KESEIMBANGAN PIRLO




Orang bijak bilang hidup itu harus seimbang. Seimbang dalam artian bisa menyelaraskan hubungan kita dengan berbagai hal, seperti dengan tuhan yang mencipta kita, dengan alam yang memberi kita tumpangan hidup, atau juga dengan sesama manusia dimana kita membentuk sebuah komunitas hidup bernama masyarakat.

Saya selalu menengok lapangan hijau sebagai tamsil berbagai hal. Sepakbola memberi tauladan hebat sebuah keseimbangan lewat sosok seorang Andrea Pirlo. Seorang pemain sederhana diantara kilauan bintang-bintang besar sepakbola dunia. Seorang pemain yang tidak pernah menjadi bintang meskipun sosoknya sangat vital, baik sebagai pemimpin, penyeimbang ataupun penyelaras permainan sebuah tim.

Andrea Pirlo bukanlah maestro seperti Zidane, Pele ataupun Maradona. Bagi saya, kesederhanaan dan ketenangannya lebih dari sekedar maestro. Mungkin ia lebih layak disebut sebagai seorang biksu, pendeta atau bisa juga pujangga. Tanpa publikasi yang berlebihan ia menjelma menjadi roh sebuah alam bernama AC Milan dan Italia. Lewat keselarasan yang dibuatnya, Italia berhasil meraih juara dunia tahun 2006 lalu. Sementara AC Milan 2 kali merengkuh tropi liga Champions.

Pada awalnya Pirlo adalah seorang penyerang murni. Adalah tangan dingin seorang Carlo Ancelotti yang menariknya ke posisi yang kurang disukai banyak pemain. Sebuah posisi di belakang playmaker dan di depan dua center back. Posisi yang membuat ia harus kerja keras. Memotong serangan lawan sebelum sampai ke belakang dan mengumpan ke depan untuk memulai sebuah serangan. Para gibol biasa menyebut posisi ini sebagai tukang angkut air. Posisi yang tidak menjanjikan kemewahan dan nama besar tapi perannya sangat vital bagi sebuah kesebelasan.

Pirlo bukanlah pemimpin. Dia tidak pernah menjadi kapten di Milan atupun timnas Italia. Tetapi di dalam jiwa dan perannya terdapat filosofi kepemimpinan yang sebenarnya. Keseimbangan, keselarasan, dan harmoni yang dibuatnya selalu dirasakan rekan -rekan setimnya. Lihatlah, betapa AC Milan seperti kehilangan nyawa bila bermain tanpa sosok ini.

Bercermin dari sosok seorang Pirlo, marilah selalu kita jaga kesimbangan hidup dalam berbagai hal. Kemiskinan dan kekurangan yang mendera kita janganlah menjadi beban. Dalam kesederhanaan malah kita temukan makna hidup yang sebenarnya. Hubungan kita dengan tuhan, alam ataupun sesama manusia seperi menemukan ruhnya. Oleh karena itu, walau kita bukanlah pemimpin di sebuah forum atau masyarakat, jangan sampai ruh kepemimpinan dan keteladanan hilang dari jiwa kita.

Salam.

Giant, 28-03-08

Senin, 24 Maret 2008

MAAFKAN SAYA TUHAN....

Entah mengapa hari-hari belakangan ini saya kembali gemar menghisap nikotin. Padahal sudah hampir dua tahun lebih saya tidak menyentuhnya lagi barang sebatangpun. Ya... dimasa lalu, rokok adalah barang yang sangat saya puja-puja. Saya rela mendapatkannya meski harus tidak makan sekalipun. Sampe-sampe uang di kantong ini ludes tak terasa karena barang yang satu ini. Hingga kenyataan membuat saya kalah, menyerah dan bertobat. Batuk berbulan-bulan tak henti-henti hingga berakhir pada batuk berdarah yang membuat saya takut setengah mati. Saya didiagnosis menderita TBC dan harus menjalani pengobatan selama berbulan-bulan dengan rajin minum obat yang telah ditentukan. Momen itu adalah titik balik saya. Saya benar-benar teringat akan kematian. Seakan-akan ia telah menanti saya di depan pintu. Mulai saat itu, saya bertekad akan menjalani hidup ini lebih baik lagi. Terutama menjaga kesehatan tubuh. Salah satunya adalah meninggalkan kebiasaan saya merokok yang sudah bermula saat saya masih kecil ini.

Saya jadi teringat kembali sebuah film yang dibintangi Keanu Reeves berjudul Constantine. Beberapa hari yang lalu sebuah stasiun tv swasta kembali menayangkannya. Film tersebut sangat menginspirasi saya dalam banyak hal. Sudah tentu, inilah film favorit saya sepanjang masa hingga detik ini. Tentang seorang pemburu alam ghaib yang selalu merokok dalam menjalankan aksi-aksinya. Karena kebiasaannya tersebut akhirnya paru-parunya jebol. Sebuah kesempatan hidup kedua membuat dirinya berubah. Ia meninggalkan kebiasaan buruknya merokok. Di bagian akhir film ia mengunyah permen sebagai ganti sebatang rokok. Meski penuh dengan adegan yang tak masuk akal dan banyak memutarbalikkan fakta-fakta agama ( untung bukan Islam, sehingga dapat beredar disini), film tersebut sebenarnya memuat seruan agar kita lebih berhati-hati dengan bahaya rokok. Tak terhitung, sudah berapa kali saya memutar film ini. Setiap menontonnya, hati saya selalu menangis. Betapa saya masih diberi kesempatan menghirup oksigen dunia ini. Betapa masih banyak dosa-dosa saya. Betapa masih belum lunas janji-janji saya kepada tuhan dan orang-orang yang saya cintai. Betapa saya selalu melanggar janji yang telah saya buat kemudian bertobat kemudian mengulanginya lagi lalu bertobat lagi dan mengulanginya lagi...Terus begitu.

Jika saat ini saya kembali mengulang kenangan lama. Merokok dan merokok sepanjang hari. Ini bukan karena stres atau hal berat sedang saya pikirkan. Tapi memang, begitulah saya. Tak pernah teguh memegang sebuah komitmen. Selalu saja ada saat-saat tertentu yang membuat jiwa saya menyerah. Terperangkap dalam romansa kenangan lama. Saya hanya bisa berharap, kebiasaan ini kembali berhenti tanpa saya harus jatuh sakit lagi. Minimal saya bisa mengendalikannya. Dan yang perlu menjadi catatan, sekali lagi saya melanggar janji saya kepada tuhan...

Tuhan...maafkanlah hamba-Mu. Melanggar janjiku kepada-Mu untuk kesekian kalinya. Betapa hutang-hutangku kepada-Mu belumlah lunas.....

Giant, 24-03-08

Senin, 17 Maret 2008

MENGAPA SAYA BELUM JUGA MENIKAH

Wekeke....Tulisan ini anggap saja sebagai pernyataan, pembelaan, pledoi atau semacamnya yang saya tujukan bagi mereka yang selalu membuat risi kuping saya. Pertanyaan tentang kapan saya menikah, mengapa hingga sekarang belum juga menikah, apakah sudah punya calon dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sejenis kadang membuat saya gerah juga. Apalagi musim kawinan gini, saya harus benar-benar menyiapkan mental bila mau njagong atau nyinom manten. Ledekan, sindiran, gurauan pasti akan bertubi-tubi menerpa saya. Maklumlah, walaupun belum tua-tua amat, kawan-kawan seangkatan saya sudah banyak yang married dan mempunyai anak. Saya seperti berjalan seorang diri di dunia ramai ini. Untung saja saya dilahirkan sebagai seorang laki-laki. Coba kalo saya seorang perempuan. Perjuangan saya akan semakin berat. Memasuki usia kepala tiga dan belum juga ada tanda-tanda untuk mengakhiri masa lajang, tentulah akan menjadi topik gunjingan tetangga kanan kiri. Maklumlah, budaya kita masih memandang miring perempuan yang kasep rabi. Entah itu karena mengejar karier ataupun alasan lainnya.

Bukannya takut nikah bila sampe sekarang saya belum bisa menjalankan sunnah nabi yang satu ini. Alasan utama dan satu-satunya adalah hingga detik ini saya belum menemukan seseorang yang secara chemistery benar-benar saya cintai. Dalam artian saya suka dia dan dia juga suka sama saya. Memang, ada beberapa perempuan yang menarik perhatian saya. Tapi sayangnya mereka tidak membalas sinyal-sinyal cinta saya. Jadilah cinta saya selalu bertepuk sebelah tangan. Sebaliknya, ada pula beberapa perempuan yang diluar perhitungan saya malah mengejar-ngejar saya. Ya, begitulah. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Dan saya juga tidak akan memaksakannya. Saya hanya akan menikah dengan perempuan yang benar-benar saya cintai dan dia benar-benar mencintai saya apa adanya, tanpa paksaan.

Jadi buat abah, emak, saudara-saudara dan juga kawan-kawan saya semua, tenang saja. Saya masih normal. Masih punya hasrat untuk menikah. Mungkin belum saatnya saja. Atau mungkin saya memang harus berusaha lebih keras lagi...hehehe.

Sebenarnya saya tidak pernah mengidam-idamkan tipe perempuan yang muluk-muluk untuk menjadi pendamping hidup. Asal ia setia dan mau hidup susah, itu sudah cukup. Cantik dan kaya itu relatif. Saya juga sadar diri, dengan tampang dan rejeki yang pas-pasan, tidak mungkin mendapatkan seorang pendamping layaknya bidadari. Walau begitu pikiran liar saya sering berangan-angan bakal mempunyai seorang isteri yang cantik, seksi dan berambut hitam panjang. Yah, kaya Luna Maya gitu. Sebuah angan yang terang dan pasti cuma sebatas mimpi...hehehe.

Ini cuma intermezo dan main-main belaka daripada tidak ada tulisan yang nongol. So...jangan dianggap serius : D. Hiburan yang paling segar dan murah adalah menertawakan diri sendiri. Bukankah itu adalah ukuran salah satu kebahagiaan. Demikian pernah saya dengar seorang psikolog ngomong. Yang pasti, cinta tulus saya selalu menyertai anda-anda semua yang masih mau meluangkan waktu barang sebentar untuk menengok blog ala kadarnya ini. Terima kasih....

Salam.

Surya.net, 17 Maret 2008








Selasa, 11 Maret 2008

SPG

Inilah perempuan-perempuan segar dan manis yang lekat dengan kehidupan saya sehari-hari. Sudah lama saya ingin menuliskannya di blog tapi belum kesampaian-kesampaian juga. Mungkin karena kehidupan mereka sudah menjadi hal biasa bagi saya maka malah terasa sulit untuk sekedar menorehkannya dalam bentuk kata-kata. Yah...tidak terasa sudah tujuh tahun lebih, saya bekerja dibawah atap gedung berlantai empat ini. Memandang riuh keramaian dari hari ke hari. Melihat bermacam polah tingkah manusia. Menyimak trend pergaulan anak muda yang membuat jiwa saya tak pernah merasa tua (...hehe, mungkin?? ). SPG atau sales promotion girl selalu memberi nuansa tersendiri bagi kami para pekerja-pekerja toko. Canda genit dan senyum menggodanya selalu menebar pesona bagi siapa saja di sekitarnya

Banyak pandangan miring tentang profesi ini. Mungkin karena media lebih senang mengungkap sisi gelapnya saja sehingga orang tergiring pada opini bahwa SPG adalah profesi yang lekat dengan glamouritas ataupun dunia esek-esek. SPG adalah perempuan-perempuan bispak atawa bisa dibawa kemana saja oleh lelaki-lelaki nakal. SPG adalah perempuan perayu bos-bos besar agar produk atau bisnisnya laku di pasaran. Mungkin anggapan itu ada benarnya juga. Tetapi tidak semuanya begitu. Lebih banyak lagi SPG yang baik-baik. Bahkan lebih baik moral dan akhlaknya daripada kita yang sering mengaku-aku sebagai orang suci. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari profesi seorang SPG. Pekerjaan dan perjuangannya dalam mencari sebuah penghidupan untuk diri, keluarga atau mungkin juga orang-orang terdekatnya.

Menurut pengamatan saya, SPG dapat dibagi dalam dua kelompok. Yang pertama adalah SPG event atau SPG stand yaitu SPG yang sering terlihat dalam event-event tertentu seperti pameran, expo, peluncuran suatu produk baru atau acara-acara seremonial sejenis lainnya. Umumnya badan mereka tinggi-tinggi dan wajahnya cantik-cantik. Penampilannya juga oke. Biasanya mereka adalah mahasiswi yang nyambi kerja atau lulusan-lulusan perguruan tinggi. SPG seperti ini kerjanya bisa dikatakan part time artinya sering berpindah-pindah dari satu produk ke produk lain dan tidak melulu setiap hari. Hanya pada event-event tertentu. Walau begitu pendapatannya sangatlah besar. Setiap hari mereka bisa mengantongi uang sampai ratusan ribu rupiah. Menjadi SPG stand biasanya adalah jembatan untuk merengkuh dunia hiburan seperti menjadi model atau bintang sinetron. Seperti halnya para artis mereka umumnya bernaung dalam suatu agency tertentu.

Kelompok kedua adalah SPG supermarket. Mereka adalah yang sering kita lihat mendisplay dan menawarkan barang di supermarket atau pusat-pusat perbelanjaan. Umumnya penampilan mereka biasa-biasa saja. Tidak terlalu cantik dan vulgar seperti SPG stand. Kebanyakan adalah lulusan-lulusan sekolah menengah walaupun ada juga yang kuliahan. Dibandingkan kelompok pertama, SPG ini bekerja lebih berat. Selain harus bekerja setiap hari, menata dan menawarkan produk, juga dibebani target tertentu. Biasanya target mingguan atau bulanan. Gajinya pun tidak sebesar SPG stand. Meskipun begitu ada juga yang tinggi untuk produk-produk terkenal, semisal produk susu, kosmetik, nivea atau juga loreal. Saya sempat ngiler juga melihatnya. Dulu, sewaktu gaji saya masih dibawah limaratusan ribu, gaji mereka sudah diatas satu jutaan. Belum lagi ditambah bonus penjualan. Mungkin malah bisa melebihi gaji pegawai negeri sekalipun.

Meski gaji para SPG ini bisa dikatakan memadai untuk ukuran normal, tapi profesi ini tentu bukanlah profesi yang menjanjikan masa depan yang baik. Tidak selamanya mereka akan bekerja di jalur ini. Kelak bila usia mereka mulai merangkak naik dan penampilannya juga sudah tidak memungkinkan lagi untuk menarik konsumen, tentu mereka harus beralih profesi. Perlu diketahui juga, belakangan ini suatu perusahaan (distributor) lebih senang mengikat karyawannya dengan sistem kontrak. Durasinya bisa 3 bulan, 6 bulan ataupun 1 tahun. Bila performa kerja mereka baik, target selalu tercapai, mungkin kontrak kerja bisa berlanjut. Tapi bila jelek, siap-siap saja terlempar dari pekerjaan ini.

Selain hal diatas, masih banyak lagi beberapa persoalan yang mendera SPG. Terkadang hak-hak mereka sebagai pekerja sering dilanggar oleh agen atau distributor yang mempekerjakannya. Misalnya saja, gaji yang seharusnya mereka peroleh sering terlambat di transfer ke bank atau juga pemutusan kerja sepihak apabila tidak memenuhi target. Mengingat jumlah mereka yang tidak sedikit kiranya diperlukan adanya wadah semacam serikat pekerja untuk menampung aspirasi mereka.

Bila dalam tulisan ini saya keliatan serius dan sedikit membela mereka, itu bukan karena apa-apa. Mungkin karena sepanjang hari saya bertemu mereka. Mungkin juga karena kawan-kawan saya kebanyakan adalah mereka. Atau mungkin juga saya sedang jatuh cinta dengan salah seorang SPG :D ?? Tak tahulah. Yang terang saya hanya ingin berkata bahwa setiap pekerjaan itu mulia asal tidak melanggar agama dan norma yang ada meskipun mungkin banyak orang yang memandang miring. Sebuah intan tetap akan terlihat kemilaunya dan dipandang berharga meski berada dalam comberan hitam sekalipun. Yang penting, pandai-pandailah menjaga diri kawan.

Salam...

Jogja, 11 Maret 2008

Kamis, 06 Maret 2008

ROMANSA SEPOTONG FOTO

BARU KUSADARI....
CINTAKU BERTEPUK SEBELAH TANGAN....




about photo :

models : plo, kent n bunga2 desa
costume : own collection
location : mount sumbing
photoghraper : torro
source : sumbing failure