Minggu, 22 Juni 2008

ANTARA JUDI, RAMALAN DAN PREDIKSI

Nonton bola tak rame tanpa taruhan. Demikian kiranya fenomena umum yang terlihat disekitar kita. Apalagi musim bola ( Euro 2008 ) kaya gini. Lihatlah, di setiap komunitas penggila bola, kalo tidak bisa dikatakan penggila judi...hehe, selalu saja riuh orang bertaruh. Mulai dari menebak skor pertandingan sampai menebak kesebelasan mana yang akan unggul. Sedang tingkatannyapun bermacam-macam. Mulai dari sekedar taruhan dengan imbal traktir makan, sebungkus rokok sampai uang yang jumlahnya tidak sedikit.

Yah, ini mungkin merupakan bentuk lain dari pelampiasan hasrat berjudi masayarakat kita setelah togel dihapus dari bumi nusantara. Hasrat menengguk untung tanpa bersusah payah ini menemukan titik temunya pada permainan sepakbola yang diminati hampir sebagian dari kita. Jadi kloplah. Apalagi judi model taruhan bola kaya gini terlalu samar untuk digaruk aparat dengan jeratan hukum. Ya ngga ??

Saya sendiri tak munafik juga melakukannya. Walau cuma kecil-kecilan pake imbal sebungkus rokok. Itu juga untuk membuat lebih greng dan semangat dalam menonton pertandingan. Tidak mudah terserang kantuk...hehe.

Sejalan dengan meriahnya taruhan bola tadi, maka bermunculanlah pula para peramal dadakan. Mereka seperti pengamat bola di tv mulai memberikan gambaran tim mana yang akan menang dan juga berapa skor yang akan tercipta. Mengenai fenomena ini, saya jadi teringat dengan iklan ramal meramal nasib yang belakangan marak di tv. Paranormal-paranormal kondang itu mendadak menjadi bintang iklan yang wajahnya hilir mudik di layar kaca bak selebriti. Mereka menawarkan ketepatan daya jangkau ramalnya. Mudah ditebak kemudian, hal ini akhirnya menjadi trend. Sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat kita dari dulu sampai sekarang sangat memuja ramalan, perdukunan, klenik dan semacamnya. Mungkin inilah yang membuat kita tertinggal jauh dari dunia manca dalam teknologi dan cara berpikir yang lebih rasional dan mengedepankan logika....

Dalam konteks yang sama saya malah cenderung lebih suka prediksi daripada ramalan. Prediksi berbeda dengan ramalan. Prediksi menggunakan telaah mendalam dan logika berpikir yang runtut. Juga penguasaan pokok permasalahan. Lihatlah, prediksi komentator-komentator bola di tv. Mereka tidak sekedar menebak skor tetapi juga paham betul tentang sepakbola itu sendiri. Prediksi juga tidak mengesampingkan faktor-faktor lain yang bisa mengubah hasil akhir suatu pertandingan, yakni faktor luck atau keberuntungan.

Pada akhirnya ramalan tetap ramalan, prediksi tetaplah prediksi. Bercermin dari Piala Eropa yang masih berlangsung dapat kita lihat bahwa hasil akhir suatu pertandingan tidak dapat kita tebak dengan mudah. Betapa tim-tim yang begitu perkasa di peyisihan group harus tumbang di babak knock out oleh tim yang tertatih-tatih jalannya di fase penyisihan. Lihatlah, Portugal yang begitu diunggulkan takluk di tangan staying football Jerman yang lambat panas. Kroasia yang impresif tersingkir oleh daya juang hebat dan keberuntungan yang luar biasa oleh tim yang compang-camping seperti Turki. Dan yang baru saja berlalu beberapa menit, total football Belanda yang begitu perkasa menyerah di tangan Rusia yang menjadi plagiatnya. Pun halnya dengan kehidupan, semua hal tak bisa kita duga walau telah direncanakan sehebat apapun. Tul ngga ??

Ah, ini hanyalah tulisan sambil lalu saja. Terlepas dari itu semua, entah ada ramalan, prediksi atau semacamnya, kita sendirilah yang menentukan nasib kita. Dengan usaha keras disertai doa kita serahkan mimpi-mimpi kita ke depan. Semoga saja keberuntungan dan nasib baik selalu memihak kita sampai akhir. Kita memang selalu berjudi dengan nasib, tetapi langkah tak boleh surut.

Salam.

Giant, habis melihat Belanda keok.

Kamis, 19 Juni 2008

VIVA LA UEFA...EXPECT EMOTION*

Perhelatan Euro 2008 benar-benar menyihir dunia. Topik obrolan dari hari ke hari selalu berkisar tentang even yang diselenggarakan jauh di daratan Eropa ini. Tak terkecuali dengan lingkungan saya, baik di keluarga, tempat tinggal, tempat kerja ataupun tempat-tempat nongkrong saya di malam hari.Semua terserang demam bola.

Yah, memang tidak ada olahraga segila bola. Sebuah permainan yang mampu menyedot perhatian begitu banyak penghuni planet ini. Dalam berbagai literatur yang sambil lalu pernah saya baca, sepakbola memang tidak sekedar permainan biasa. Tetapi merupakan permainan yang mampu melibatkan emosi setiap hal yang bersinggungan dengannya, baik di dalam maupun di luar lapangan. Di sana dapat kita temukan filosofi-filosofi sebenarnya tentang kehidupan. Melihat sepakbola seakan menikmati teater mini kehidupan itu sendiri. Namun yang terpenting dari itu semua, menurut catatan saya, dalam sepakbola dapat kita temukan nilai-nilai sportivitas. Sportiv untuk bertanding atau bersaing secara sehat. Berusaha mati-matian sekuat tenaga. Yang pada akhirnya akan sportiv pula mengakui keunggulan lawan apabila memang kalah. Inilah nilai kejantanan yang sesungguhnya...hehe.

Bagi saya pribadi, menyaksikan sepakbola adalah sebuah kenikmatan yang tiada bandingnya. Segala persoalan dan beban yang menggelayut di pikiran niscaya akan hilang tersapu keindahan permainan ini. Menikmatinya seolah-olah saya mempunyai spirit baru dalam hidup. Sungguh. Tiada yang paling saya sukai di dunia ini selain sepakbola. Dan tentu saja sastra...

Dan kini, di saat saya seperti orang yang kalah. Kalah dalam segala hal, baik cinta maupun kehidupan, sepakbola mampu membangkitkan gairah saya untuk tetap tegar dan melangkah ke depan dengan tegak kembali. Thanks God. Thanks soccer...

Seperti juga karib saya, Lepek si jangkrik ngerik yang tetap lantang berseru dalam sms-smsnya kepada saya :.....viva la uefa expect emotion....kekeke. Walau saya tahu kehidupan memang tak seindah mimpi-mimpinya : D. God bless u my friend...

Salam.

* UEFA : organisasi tertinggi sepakbola Eropa

Dayakan, 19 Juni 2008

Minggu, 08 Juni 2008

PLUNG...PLUNG...

Hari ini, memenuhi ajakan seorang kawan, aku mengenang kembali memori bersepeda beberapa tahun silam. Pagi hari sekali, walaupun semalaman begadang, kupaksakan juga mengayuh sepeda butut ini ke arah selatan menuju pantai Bugel. Yah, jarang sekali aku bisa menikmati suasana pagi seperti ini kalo tidak memaksakan diri. Ternyata, bangun pagi kemudian menggerakkan badan sekedar berolahraga memang mengasyikan. Badan menjadi sehat dan pikiran fresh kembali.

Aku jadi teringat, betapa dulu sepeda ini banyak sekali jasanya dalam kehidupanku. Beberapa waktu ia memang teronggok berdebu di gudang belakang. Sampai beberapa hari kemarin aku mulai membersihkan dan merangkainya kembali menjadi sepeda seutuhnya seperti masa lalu. Sepeda jengki warna hijau lumut bermerk Phoenix yang telah diselimuti karat.

Pikiranku melayang ke masa lalu. Bapak dan emak dulu membelikan sepeda ini setelah aku lulus SD kemudian melanjutkan sekolah di SMP yang agak jauh dari tempatku. Satu kenangan yang tidak pernah aku lupakan sepanjang hidup : baru sekitar sebulan aku bersekolah naik sepeda ini, di pojokan alun-alun Wates dekat lapangan tenis, sebuah sepeda motor menghajarku hingga terkapar tak sadarkan diri. Untunglah tuhan masih ingin memperpanjang masa hidupku. Aku cuma bocor di beberapa bagian kepala dan harus mondok di rumah sakit beberapa hari. Cukup lama kepalaku sering pusing gara-gara kecelakaan itu. Tapi alhamdulillah lambat laun menghilang juga.

Sebenarnya tidak itu saja, aku hampir menjemput maut dengan sepeda ini. Pernah juga waktu SMA aku hampir dihajar kijang dalam tabrakan karambol di daerah Kedunggong. Untung saja aku masih bisa berjibaku di sawah berlumpur disisi jalan. Ajaib, sepeda inipun juga selamat, cuma beberapa centi dari badan kijang yang terguling.

Dengan sepeda ini aku juga menjadi saksi kecelakaan maut yang menewaskan beberapa murid SMP 5 Wates yang disambar sebuah truk di jalan raya Tambak. Truk, kalo ngga salah gandengan, pecah bannya dan oleng ke sebelah kanan menghajar rombongan murid smp yang akan berangkat sekolah. Aku waktu itu berada tepat di sisi kiri jalan. Seandainya truk ini oleng ke kiri, tentu ceritanya akan lain....

Ah, itu hanya sisi lain tentang kisah sedihku dengan sepeda ini. Banyak juga sisi senang dan romantikanya. Betapa dulu aku bersama kawan-kawan sering bersepeda ria bersama-sama, bahkan hingga sampai Parangtritis dan Kota Jogja. Betapa dulu dengan sepeda ini aku berkejaran dengan jarum jam untuk berangkat kerja ke Jogja. Kemudian dititipkan di Karangnongko terus naik bus ke Jogja di hari yang masih basah. Betapa sepeda ini selalu mengantarku ke beberapa tempat tujuan dengan hati riang dan gembira ....

Kini, semua itu hanyalah kenangan. Di saat keadaan ekonomiku mulai stabil, aku benar-benar kehilangan memori itu. Mengenangnya kembali, aku menjadi trenyuh. Kepahitan dan kegetiran masa lalu ternyata bisa menjadi kenangan manis di masa-masa sesudahnya...

Dayakan,08 Juni 2008

Senin, 02 Juni 2008

PLUNG....

Hidup makin sulit. Harga-harga di pasar mulai merangkak naik seiring kenaikan BBM beberapa hari yang lalu. Sementara upah bulanan tidak serta merta ikut menaik. Yah, buruh kecil seperti saya ini harus pandai-pandai benar memanage keuangan sebaik mungkin. Pengeluaran sebisa mungkin diperketat sementara ide, tenaga dan pikiran dimaksimalkan untuk membuat terobosan-terobosan baru guna menambah pemasukan.

Kemarin saya sempat berbincang dengan seorang kawan kerja yang cukup senior, pengurus serikat pekerja di Jogja yang sekaligus kepala dusun di daerah Sleman. Beliau ini menasehati agar di saat-saat yang sulit ini kita bisa memilah dan memilih kebutuhan yang harus didahulukan dengan kebutuhan yang masih bisa dikesampingkan. Janganlah terlalu bernafsu dengan sesuatu ( barang ). Sesuaikan dengan kemampuan kita. Umpamanya saja upah kita hanya sebesar UMP, janganlah bergaya hidup layaknya orang yang pendapatannya berlebih. Ingat, upah minimum adalah batas besaran standar kehidupan layak di suatu daerah. Jadi tak mungkinlah dengan uang segitu kita bisa bergaya hidup wah layaknya selebriti dan pejabat yang pandai korupsi. Kecuali kalo mungkin kita punya usaha sampingan lain. Sementara sudah menjadi fitrah manusia untuk selalu merasa kurang berapapun pendapatan yang dihasilkannya.

Berita-berita di media pun setiap hari isinya hanya demo melulu. Mulai dari mahasiswa sampai ibu rumah tangga kompak menyuarakan pembatalan kenaikan harga BBM. Banyak cara ditempuh, mulai dari aksi damai sampai yang anarkhis membabi buta khas bangsa kita. Lempar batu, bakar ban dan saling serang adalah wajah demokrasi jalanan negeri kita. Ada juga yang berusaha menarik belas kasihan dengan model demo mogok makan. Intinya tiada hari tanpa demo. Meski sebenarnya kita semua sadar bahwa tak bakalan mungkin harga BBM turun sedahsyat apapun demo yang kita lakukan. Kredibilitas SBY dan crewnya akan semakin turun jika membuat keputusan plin-plan layaknya Gus Dur dulu.

Saya malah sempat tersenyum geli mendengar ide gila karib saya, Lepek si jangkrik ngerik, dalam memandang demo yang kembali marak itu. Katanya, kalo bangsa kita ini kompak sebenarnya bisa mambuat shock teraphy yang hebat. Tidak hanya kepada pemerintah semata tetapi kepada dunia. Daripada demo mogok makan yang pada akhirnya akan merusak tubuh kita sendiri dan hasilnyapun masih bisa dipertanyakan, lebih baik demo yang real-real saja. Umpamanya, kalo BBM naik kita satu bangsa seindonesia raya ini kompak menolak mengkonsumsi BBM tanpa kecuali. Kalo yang naik harga beras, kita satu bangsa ini juga kompak menolak mengkonsumsi beras diganti umbi-umbian dan sejenisnya yang lebih murah. Niscaya bila ide aneh ini bisa terjadi maka akan porakporandalah harga-harga di pasaran. Tetapi itu tak mungkin terjadi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kekompakan dan kebersamaan sebagai sebuah bangsa sudah lama menghilang di negera kita tercinta ini.

Terlepas dari itu semua, saya hanya mau berkata bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Kesulitan biasanya malah menjadi pemantik ide-ide brilian dan penemuan-penemuan baru. Kalo manusia tidak mengalami kendala atau masalah niscaya tidak akan ada perkembangan teknologi yang pesat seperti sekarang ini. So...siapa tahu di masa-masa sulit ini salah satu dari kita malah ada yang menemukan teknologi yang bisa mengguncang dunia. Umpamanya saja menyulap air yang melimpah ruah menjadi energi bahan bakar kendaraan...hehe ?!

Salam.