Begitulah, sejak di kampung saya berdiri pabrik wig asal
Ah, saya jadi rindu masa lalu. Teringat kenangan masa kecil, yang entah mengapa, terasa begitu indah. Saat kampung saya, bagi sebagian orang mungkin masih terbelakang. Belum ada listrik dan jalan yang beraspal. Tentu saja becek dan berlumpur pula di kala hujan. Tetapi bagi saya, suasana itu masih sangat murni dan alami. Rumah-rumah belum sepadat sekarang. Pepohonan, terutama kelapa masih begitu banyaknya, Sawah-sawah masih lapang. Dan yang kini benar-benar menghilang, kampung saya dulu dikepung oleh perkebunan tebu yang lumayan luas. Di pagi hari seperti ini, kicau burung dan suara hewan-hewan lain terasa merdu bersahutan terdengar di telinga. Kini, mungkin suara itu telah berubah menjadi deru mesin kendaraan bermotor dan alat-alat lain yang entah mengapa, terasa garang terdengar di telinga saya. Ah, kemana perginya kenangan itu ?!
Pikiran saya semakin melayang-layang. Kawan bermain dulu kini juga entah kemana ? Terpencar dan terpisah antara jarak dan waktu. Teringat kala mencuri dan membabat tebu hingga lari terkencing-kencing dikejar oleh mandor yang berwajah sangar. Teringat kenakalan-kenalan kecil sewaktu mencuri buah-buahan ranum di kebun tetangga. Teringat pula betapa getirnya menjadi anak orang biasa yang harus pontang-panting mencukupi biaya sekolah. Ah, saya serasa ingin kembali mencecap masa-masa itu....Dan yang pasti kenangan tetap tinggalah kenangan. Kehidupan terus berlanjut. Seperti orang bijak bilang, tiada yang abadi di dunia ini. Yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Dan memang begitu bukan, kita selalu berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu.
Tapi satu yang patut disyukuri hingga kini, banyaknya perubahan di kampung saya tidak serta merta menggerogoti suasana kekerabatan dan keintiman diantara warga. Meskipun banyak penduduk baru berdatangan, rasa gotong royong, yang menjadi ciri khas kampung di Jawa, masih terjaga baik. Acara kerja bakti dan pertemuan-pertemuan antar warga semacamnya masih tetap lestari. Bahkan terasa lebih harmonis. Warisan adiluhung yang selayaknya kita pelihara bersama.
Mungkin yang patut disayangkan dari perubahan dan modernisasi di kampung saya adalah hilangnya lahan-lahan produktif, seperti sawah dan perkebunan . Selain merupakan sarana menggantungkan hidup bagi sebagian warga, juga merupakan lahan bermain bagi anak-anak yang cukup luas. Karena telah banyak terkikis, maka tak dapat disalahkan bila anak-anak itu mencari lahan bermain lain seperti di arena playstation atau tempat-tempat sejenis. Saya juga sempat ngenes melihat gaji pegawai pabrik sekarang, walau sudah lumayan, tetapi masih jauh dibawah UMP. Sebandingkah dengan pengorbanan melenyapkan lahan-lahan itu ? Ah, lamunan saya sudah semakin ngaco saja kiranya...
Dan seperti yang sudah-sudah, lamunan ini harus segera berakhir ketika kantuk tiba-tiba menggerayangi segenap tubuh. Setelah semalaman kurang tidur, pagi ini saya harus segara menuntaskannya. Mungkin di alam mimpi nanti, saya malah lebih bisa merajut kenangan masa lalu yang lebih manis dan indah...hehe.
Salam,
Beranda, Suatu Pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar