Selasa, 27 November 2007

WAJAH DI BALIK ILALANG


Inilah wajah di balik ilalang yang bahurekso blog ini. Namanya IMAM WAHYUDI, ya saya sendiri…hehe. Paparan di bawah ini sekedar memperkenalkan diri sebagai sang empunya rumah kepada khalayak pembaca dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga.


Ilalang Liar, seorang pengembara baru di dunia maya dilahirkan di sebuah desa kecil wilayah Kabupaten Kulon Progo, Jogjakarta. Tidak banyak catatan penting yang dapat dituliskan tentang orang ini. Dia lebih enjoy bermain di balik layar daripada tampil di depan publik dengan ide-ide dan angan-angan liarnya. Orang ini dari luar terlihat sangat misterius dengan segala keghaiban yang melingkupinya tetapi apabila sudah mengenalnya lebih dekat akan terasa bahwa ia merupakan sosok yang mudah diajak bergaul, bekerjasama, bercanda atau sebagai tempat curhat. Mungkin Anda ingin mendengar wejangan-wejangan kasepuhannya yang adiluhung. Silahkan saja…whakaka!?


Ia dari luar juga terlihat sebagai pekerja keras, walau sebenarnya irama hidupnya sangatlah santai. Tak banyak yang neko-neko dari orang ini, mengalir begitu saja seperti air di arus yang tenang. Pekerjaannya pun hanya serabutan, asal mendapatkan uang sekedarnya saja. Nyawa hidupnya ada di dua tempat yang sangat dicintainya. Wates sebagai tanah kelahiran dan tempat berteduh bila malam datang sedangkan Jogja sebagi tempat mencari penghidupan sehari-hari


Lelaki ini lebih senang sendiri dalam beberapa hal. Percaya ngga percaya, ia belum pernah sekalipun sekedar berpacaran dengan seorang perempuan walau hidupnya banyak dikelilingi perempuan. Bukan karena ia alergi atau menganggap tabu hal itu, tapi tampang, gaya hidup serta curriculum vitaenya mungkin tak menjanjikan masa depan yang menarik bagi perempuan-perempuan di sekitarnya : D. Satu-satunya kekasih sejati yang selalu menemani dan menyertai langkah-langkahnya sehari-hari adalah sepeda motor Honda Astrea Supra keluaran lama yang diakuisisinya dari seorang kawan secara kredit. Dengan sang kekasih ini, suka duka kehidupan ia arungi. Menembus dinginnya pagi, teriknya mentari siang dan pekat gelapnya malam. Menjelajah kampung menyusuri ramai riuhnya perkotaan. Walau terkadang bandel, ngadat dan memboroskan banyak uang ia tetap amat sangat mencintai sang kekasih tambatan hatinya ini….


Satu lagi tentang orang ini adalah cinta matinya kepada sepakbola dan tentu saja dunia perbukuan dan sastra. Hampir semua pertandingan liga di seluruh dunia ada dalam jangkuannya. Tanyakan segala hal tentang bola, maka ia akan menjawabnya dengan antusias. Ia juga kelihatan sangat mengenal dunia perbukuan dan sastra walau sebenarnya kalo membaca buku cuma sambil lalu saja. Kunci utama agar terlihat tahu dan paham tentang segala hal adalah selalu melihat bagian akhir dari setiap masalah. Mungkin ini terlihat ganjil, tapi begitulah adanya. Sang ilalang selalu menggunakan logika terbalik dalam beraktivitas. Umpamanya saja kalo membuka buku ia selalu dari sampul belakang kemudian membacanya dari bagian klimaks (akhir) menuju awal cerita. Yah, seperti menggunakan alur sorot balik lah. Oleh karena itu inti persoalan selalu dapat diketahui terlebih dahulu walaupun jalan ceritanya tak tahu babar blas…

.
Itulah sekedar catatan tentang seorang Imam Wahyudi yang sebenarnya tak terlalu penting untuk diketahui. Selamat membaca keluh kesah, gurau canda dan sentilan-sentilan liarnya dalam blog yang sebenarnya juga tak terlalu penting untuk dibaca ini.


Salam.


Giant.net, 27 November 2007

JURUS-JURUS CINTA SANG PENAKLUK MALAM


BILA CINTA MENDATANGIMU


Bila cinta mendatangimu, ikutilah dia… walaupun jalannya sulit dan terjal dan ketika sayapnya mengembang mengundangmu…
Walau pedang yang tersembunyi diantara ujung sayapnya dapat melukaimu dan ketika ia berkata padamu untuk mempercayainya…
Walaupun suaranya berserak dalam mimpimu bagaikan angin utara yang menghembus dikebun.


DIMANAKAH AKU

ak terkapar
tanpa daya..
tak ada sebutir tenaga
untukku bangkit
segalanya luruh
tak ada lagi yg tersisa
larut
tak ada lagi tempatku ntukku bertumpu
atau sekedar menyandarkan asaku
tiap detak & detik waktu
kurasakan begitu panjang
melelahkan..
menyakitkan..
sungguh!
akal bagai tak berakal
hati seperti tak berhati
jiwa..entah akupun tak tau apa aku masih punya jiwa?
bila kau tanyakan.."dimana kamu?"
aku juga tak tau dimana aku tergeletak
nuranikupun tak mampu menerka
ini terlalau asing bagiku!
darah..
air mata..
bercampur
menjadi satu
..bersatu padu
menenggelamkan diriku!
dan nafasku sendiri sepertinya..
dengan kejam mencekik
membungkam
menutup
seluruh rongga udara
sekali lagi..
aku sangat kesakitan!
aku mencoba tertawa
tertawa..
dan tertawa
tapi tawaku lebih sedih dari
semua tangisan yg memilukan
kini..
aku sudah tak ingat siapa namaku
dimna aku tinggal
..kedua org tuaku..
dimana mereka
seperti apa?
teman2ku..
kakak2 dan adik2ku..
sahabat2ku..
dimana mereka?
seperti apa?
apakah aku punya?
ah..aku tak tau!!!
gelap..
kedua mataku tak mampu melihat..
ah..apa aku masih punya mata?
telinga..
hidung..
tangan..
kaki..
apa aku masih punya???
entah..
berhenti pada detik ini aku
tak tau apa yg harus kulakukan..

CINTA


dimana mencari cinta???tanyakan saja pada rumput yang bergoyang...tak ada yang mampu menjawab.
bukankah cinta itu tidak untuk dicari?cinta itu kan tiba padamu,tanpa bisa kau pilih.tak ada yang bisa memilih cinta,tak ada yang dapat memutuskan kapan cinta harus hadir dan kepada siapa kan tumbuh..
mungkin,cinta itu telah diilhamkan olehNya,pada hati kita...



Itulah sebagian bait-bait syair Imam Pamungkas, sang penakluk malam yang bertutur tentang cinta dan perjuangan mencari makna hidup. Bagi lelaki seusianya, puisi-puisi bercorak seperti inilah yang paling mungkin tercipta. Usia sekitar 20 tahunan adalah usia dimana seseorang mulai mencari jati diri dalam hidupnya. Wajarlah bila keluh kesah, mimpi-mimpi yang melambung dan harubiru cinta mewarnai tiap kata yang terangkai.


Saya sendiri sangat mengenal sobat karibku ini. Semenjak masih bercelana pendek memakai seragam SMP dulu hingga sekarang sudah beranjak dewasa dengan berbagai usaha yang coba dijalaninya. Kerja keras dan mimpi-mimpinya untuk meraih kehidupan yang lebih baik kadang menginspirasi saya untuk berbuat lebih baik dalam hidup ini. Usahanya yang tak kenal menyerah dan semangatnya untuk selalu mencoba hal-hal baru patut diacungi jempol.


Saya masih ingat ketika pertama kali ia menjalankan kafe tiga ceret milik orang lain di depan masjid Agung Wates. Waktu itu ia baru lulus STM. Ia sangat memimpikan mempunyai kafe tiga ceret sendiri. Lambat laun mimpinya itu terwujud juga. Bahkan kini ada juga warung makan di depan rumahnya yang dijalankan sang mami. Sebuah perjuangan yang layak dicontoh. Di saat remaja seusianya lebih mementingkan hura-hura ia telah melangkah setapak ke depan walau dengan langkah yang tak mudah.


Ia mungkin jarang tidur malam hari demi menegakkan kafe tiga ceretnya. Malam selalu dilewatkan dengan mata yang terjaga. Kehidupan seakan ia balik. Seperti halnya sang kalong, malam selalu ia gunakan untuk mengejar angan-angan yang terus melayang sedang siang ia habiskan untuk bertapa mendengkur menikmati mimpi-mimpi indah yang kelihatan sudah teraih. Jadilah ia mentasbihkan dirinya sebagai sang penakluk malam…


Satu lagi tentang anak ini adalah kesukaannya pada musik dan seni. Ia adalah fans berat Ada Band dengan lagu-lagu cinta nan romantis khas anak muda seusianya. Hampir semua lagu Ada Band dikuasainya. Petikan-petikan gitarnya selalu beraroma Ada Band. Wajarlah bila puisi-puisinya kadang juga cukup romantis…


Saya tak tahu persis mengenai kisah cintanya. Tetapi melihat syair-syairnya mungkin ia memang sedang mencari makna cinta dalam hidupnya. Cinta dalam arti yang sebenarnya. Cinta yang tidak hanya menyangkut hubungan kasih laki-laki dan perempuan. Cintanya terhadap hidup dan kehidupan. Cinta yang terus tumbuh seiring mimpi-mimpi dan jiwa mudanya yang bergejolak. Lewat syair-syair tersebut ia sedang memainkan jurus-jurusnya. Jurus-jurus cinta yang akan terus terasah oleh waktu dan pengalaman.


Selamat memainkan jurus-jurusmu Kawan!? Suatu saat mimpi-mimpimu pasti dapat kaurengkuh sebagaimana sekarang malam dapat kau taklukan….


Giant.net, 27 November 2007

Minggu, 25 November 2007

KETIKA LEPEK MEMBACA REMBULAN



PADHANG MBULAN EUEY


wengi iki padhang mbulan.....!
takbayangake...
krisdayanti rengeng_rengeng geguritan,
ing sandinge "the rock" jingkrak jingkrak nunggang jaran kepang..
lamunane wong edan???

ing ati iki ono roso kuciwo..
jare ngaku wong jowo,nanging do ora iso honocoroko..
(padahal aku yo ora iso..he..)
sopo kang gelem nguri_uri mogobothongo?
mosok arep di_ekspor ing negoro liyo???
tempe wae(panganan ket jaman majapait) jare wis di hakpatenke jepang?
tembang rasa sayange,kok yo iso diaku tembang malasia?
lha piye maneh???
bocah kang lagi thingis....diajari "good morning"
didolani tamiya,ps,komputer....
dipakani hotdog,pizza.....
metu soko ngomah,wedi keno bledug...
sesuk sopo yo?
kang muni sugeng enjang...dolanan gobag sodor..
ngopeni thiwul growol.....
santai wae ding,isih ono wong tuwo tuwo..
lha yen kabeh kang iso do tilar donyo???

we lah,padhang mbulan tho saiki??
ah,isih kalah padhang karo neon,
mending ing njero ngomah,
iso nonton,,,, po kelon ???


( taken from blog in Landung's Friendster)

Baris-baris diatas adalah ndleming seorang Lepek melihat fenomena yang berkembang di sekitarnya. Lepek adalah nama lain Landung Widodo, seniman jalanan asal Kedunggong, Wates, Kulon Progo. Anda mungkin sudah bisa menebak, mengapa ia menyandang julukan demikian. Yah, karena badannya yang item dan pakaiannya yang selalu terlihat kumal. Walau sudah mandi seribu kali pun niscaya tak akan bisa mengubah bentuk dan penampilannya. Ia adalah spesies langka yang diciptakan tuhan dan dilahirkan ke dunia untuk Mbah Hadi Ranto sekeluarga : D. Seperti kata si Tukul, jangan melihat buku dari sampulnya. Maka lihatlah Lepek dari karya-karyanya.


Lepek mungkin tak memahami sastra atau puisi secara mendalam. Ia tak pernah membaca karya-karya sastra orang lain. Ia menulis dan bertutur untuk dirinya sendiri. Dengan menulis sisi liar imajinasinya bisa diekspresikan dengan leluasa. Mau dibaca orang atau tidak, ia tidak peduli. Yang penting ia bisa berkreasi dan berekspresi secara bebas.


Bagi Lepek menulis adalah kebebasan. Seperti halnya ketika jari-jarinya memetik gitar, kata-kata akan mengalir begitu saja huruf demi huruf ketika jari-jarinya mulai memencet keyboard komputer. Ia tak pernah mengkonsep tulisannya. Puisi-puisi yang terlahir adalah puisi yang langsung jadi, tak pernah ada kerangka dan ide yang mendahului. Idenya baru muncul ketika ia asyik di bilik warnet. Jadilah puisi Lepek puisi yang orisinil, tak terkontaminasi penyair lain. Dan yang jelas, dalam kesederhanaan puisinya terlihat sisi-sisi kepekaan dalam memotret lingkungan sekitar.


Menyimak puisi diatas, kita seperti tersadarkan betapa anak-anak dan generasi muda kita telah begitu jauh melupakan budaya asli daerahnya. Saya jadi teringat masa kanak-kanak dulu sekitar tahun 80an sewaktu bulan purnama tiba. Sehabis Isya hingga menjelang larut malam, anak-anak bermain di halaman di bawah terang sinar rembulan. Ada yang bermain gobag sodor, petak umpet, jethungan, nom tuwa dan sebagainya. Sedang anak perempuan bermain tali atupun dakon. Terasa sekali suasana keceriaan dan keriangan yang khas kekentalan lokalnya. Rasa suka cita terbawa sampai ke alam mimpi kemudian.


Kini suasana seperti itu sudah jarang kita temukan lagi, berganti permainan canggih produk barat dan budaya luar lainnya. Anak-anak lebih senang bermain playstation atau nge-game di warnet. Budaya televisi pun merampas budaya bermain anak-anak. Mereka lebih senang nongkrong di depan televisi nonton sinetron atau gosip infotainment daripada mengembangkan kreativitasnya di luar. Jadilah anak-anak ini generasi yang malas tak mau bekerja keras. Mereka selalu mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa melalui bayak perjuangan.


Hal-hal diatas mampu disajikan Lepek dengan jenaka. Bahkan di bagian akhir puisinya, ia menulis bahwa lebih enak kelon daripada melihat bulan purnama di luar.Lebih enak berpacaran dan bermesraan daripada menghayati kebesaran tuhan lewat keindahan rembulan purnama.


Tapi yang perlu menjadi catatan, betapa Lepek juga sudah termakan budaya asing juga. Ia lebih senang menghabiskan malamnya dengan bermain bilyard ataupun playstation hingga fajar menjelang. Sudah menjadi rahasia umum, ia adalah raja ps dan bilyard di kalangan ‘kaum’nya. Bukan begitu Kawan? : D.


Lepas dari itu, puisi Lepek mengingatkan saya betapa kita telah kehilangan masa-masa kecil dulu. Bermain gobag sodor, jethungan, nom tuwa dengan teman sebaya di waktu bulan purnama tiba. Kemana hilangnya masa-masa itu?


Gunung Mijil, 25 November 2007

Senin, 19 November 2007

WONG NDESO BELAJAR NGENET


Perkembangan kota kecilku semakin pesat. Kalo dulu belum sampai jam sembilan malam sudah terasa senyap, kini sampai tengah malam hingga menjelang pagi denyut kehidupan masih terasa. Maklumlah, semenjak beberapa perguruan tinggi mengembangkan sayapnya hingga ke pelosok kota kecilku, banyak mahasiswa dari luar daerah berdatangan kemudian indekost disini. Akhirnya tumbuhlah beberapa elemen pendukung, layaknya kota pelajar besar seperti Jogjakarta. Di beberapa sudut kota mulai berdiri gerai-gerai komputer. Tak ketinggalan warung internet atau warnet pun mulai berkembang. Seakan saling bersaing, mereka menawarkan pelayanan dan keunggulannya masing-masing. Yang mengherankan, hampir setiap hari hingga malam warnet-warnet ini ramainya minta ampun. Sampai-sampai bila ingin mengakses internet harus rela dan sabar mengantri. Benar-benar tak terbayangkan sebelumnya….

Secara pribadi banyaknya warnet yang bermunculan ini membawa dampak positif bagiku. Sebagai pekerja biasa yang waktu sekolah dulu hanya mengenal pelajaran mengetik, aku sedikit demi sedikit mulai mengenal internet. Mulanya sih, pengin tahu saja. Katanya dengan internet bisa memperoleh informasi lebih cepat dan terbuka dari segala penjuru jagad. Akhirnya, kuberanikan diri datang ke warnet dengan pengetahuan yang terbatas. Menghidupkan dan mematikan komputer pun aku tak bisa. Apalagi menjalankan mouse, sering meleset mengkliknya. Tapi dengan membuang rasa malu jauh-jauh dan banyak tanya sana-sini, sedikit banyak aku mulai belajar dan mengenal komputer. Untungnya, banyak pula kawan-kawanku yang pong-pong bolong dunia komputer ikut-ikutan suka ngenet. Jadilah kita belajar bersama.

Semenjak beberapa tahun ini, aku jadi keranjingan internet. Hampir tiap hari, terutama malam hari (maklum ongkosnya murah...), aku selalu mampir ke warnet. Kalo awal-awal dulu, hanya buka-buka situs saja mulai dari olahraga sampe situs-situs bokep…(ssstt, kalo ini cuma iseng aja ya…hehe) kini aku mulai belajar membuat blog, mengenal sedikit pemrograman, tahu sedikit tentang cracking, hacking dan sejenisnya. Friendster pun aku punya, jadi agak gaul dan ngga keliatan gaptek benget gitu….padahal aslinya ndeso tenan!

Imbas dari sering ke warnet ini, pengeluaran pun jadi meningkat. Kalo dulu bila ingin mencari berita teraktual cukup ke agen koran samping BPD atau pergi ke perpustakaan daerah, kini aku lebih sering menyambangi warnet. Tapi tak apalah, itung-itung ini biaya kursus komputer yang belum pernah kuperoleh. Selain itu, jadi banyak menambah kawan. So, kawanku tidak hanya Parno si buruh bangunan, Parmin si tukang rumput atau Mbok Nah si kuli gendong. Kini kawanku ada yang kuliahan dan pinter-pinter…juga cantik-cantik : D. Kadang aku tertawa sendiri bila membuka friendster dan melihat comment serta message di dalamnya dari orang-orang terpelajar dan pinter. Aku serasa sudah seperti mahasiswa atau orang dengan pekerjaan kantoran yang ditanya dan dikomentari macam-macam. Padahal aslinya…ndeso tenan!

Kadang aku ngga nyambung lagi bila bicara dengan kawan-kawan lamaku, si buruh bangunan, si tukang rumput atau si kuli gendong. Istilah-istilah orang-orang pinter seringkali lupa kupakai. Mereka sering bingung dan melongo, “Hah…opo?!" Maka jadilah aku orang paling pinter dan modern di komunitas lamaku.

Lepas dari itu, aku beruntung dan bersyukur sekali sebagai wong ndeso yang buta babar blas tentang komputer sekarang sedikit demi sedikit mulai mengenal komputer dan seluk beluk di dalamnya. Terima kasih buat kawan-kawan yang mau mengajariku, si bodoh ndeso ini. Sekarang aku bisa menepuk dada, "Aku wis ra gaptek lek...hihi"

Wates, 19 November 2007

Minggu, 18 November 2007

LAGU YANG RANCU


Rakyat Indonesia sejak dini sudah didoktrin dengan lagu-lagu yang tidak bermutu dan mengandung banyak kesalahan, mengajarkan kerancuan, dan menurunkan motivasi.
Mari kita buktikan :

"Aku seorang kapiten... mempunyai pedang panjang...kalo berjalan prok..prok.. prok... aku seorang kapiten!" Perhatikan di bait pertama dia cerita tentang pedangnya, tapi di bait kedua dia cerita tentang sepatunya (inkonsistensi). Harusnya dia tetap konsisten, misal jika ingin cerita tentang sepatunya seharusnya dia bernyanyi :"mempunyai sepatu baja (bukan pedang panjang).. kalo berjalan prok..prok.. prok.." nah, itu baru klop! jika ingin cerita tentang pedangnya, harusnya dia bernyanyi: "mempunyai pedang panjang...kalo berjalan ndul..gondal. .gandul..atau srek.. srek..srek.." itu baru sesuai dengan kondisi pedang panjangnya!

"Bangun tidur ku terus mandi.. tidak lupa menggosok gigi..habis mandi kutolong ibu.. membersihkan tempat tidurku.." Perhatikan setelah habis mandi langsung membersihkan tempat tidur. Lagu ini membuat anak-anak tidak bisa terprogram secara baik dalam menyelesaikan tugasnya dan selalu terburu-buru.Sehabis mandi seharusnya si anak pakai baju dulu dan tidak langsung membersihkan tempat tidur dalam kondisi basah dan telanjang!

"Naik-naik ke puncak gunung.. tinggi.. tinggi sekali..kiri kanan kulihat saja.. banyak pohon cemara..2X" Lagu ini dapat membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan motivasi! Pada awal lagu terkesan semangat akan mendaki gunung yang tinggi tetapi kemudian ternyata setelah melihat jalanan yang tajam mendaki lalu jadi bingung dan gak tau mau berbuat apa, bisanya cuma noleh ke kiri ke kanan aja, gak maju-maju!

"Naik kereta api tut..tut..tut. . siapa hendak turutke Bandung .. Surabaya.. bolehlah naik dengan naik percuma..ayo kawanku lekas naik.. keretaku tak berhenti lama" Nah, yang begini ini yang parah! mengajarkan anak-anak kalo sudah dewasa maunya gratis melulu. Pantesan PJKA rugi terus! terutama jalur Jakarta-Malang dan Jakarta-Surabaya!

"Di pucuk pohon cempaka.. burung kutilang berbunyi..bersiul-siul sepanjang hari dengan tak jemu-jemu..mengangguk-angguk sambil bernyanyi tri lili..li..li.. li..li.." Ini juga menyesatkan dan tidak mengajarkan kepada anak-anak akan realita yang sebenarnya. Burung kutilang itu kalo nyanyi bunyinya cuit..cuit.. cuit ! kalo tri li li li li itu bunyi kalo yang nyanyi orang (catatan: acara lagu anak-anak dengan presenter Agnes Monica waktu dia masih kecil adalah tra la la tri li li!), bukan burung!

"Pok amé amé.. belalang kupu-kupu.. siang makan nasi, kalo malam minum susu.." Ini jelas lagu dewasa dan bukan konsumsi untuk anak-anak! Karena yang disebutkan di atas itu adalah kegiatan orang dewasa, bukan anak kecil. Kalo anak kecil, karena belom boleh maem nasi, jadi gak pagi gak malem ya minum susu!

"Nina bobo nina bobo oh nina bobo... kalau tidak bobo digigit nyamuk" Menurut psikolog: sekian tahun anak-anak Indonesia diajak tidur dengan lagu yang penuh nada mengancam.

"Bintang kecil dilangit yg biru..." (Bintang kan adanya malem, lah kalo malem mang warna langitnya biru?)

"Ibu kita Kartini...harum namanya" (Namanya Kartini atau Harum?)

"Pada hari Minggu..naik delman istimewa kududuk dimuka" (Nah, gak sopan kan..masa duduk di muka??)

"Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung di kebun kita..." (kalo mau nanam jagung, ngapain dalam-dalam emang mo bikin sumur?)


Kamis, 15 November 2007

PROLOG (ketika usia makin merimbun)

“Take your time. Think a lot. Think of everything you’ve got. For you will still be here tomorrow, but your dreams may not.” (Lagu Cat Stevens, “Foosteps in the dark/ Greatest Hits Vol. 2”)

Kadang sekilas pikir saya gundah Tuhan memberikan seperempat abad lebih umur hingga detik ini. Tapi apa yang telah saya lakukan dengan itu? Pencapaian-pencapaian apa yang saya peroleh, baik bagi diri saya, orang lain atau lingkungan sekitar? Apakah saya telah membahagiakan orang-orang yang mengasihi saya? Apakah jalan yang saya ambil sudah benar? Apakah umur saya kemudian akan lebih panjang dari apa yang telah saya lalui? Bila saya tiada nanti, kebaikan atau keburukan yang akan dikenang banyak orang? Pikiran-pikiran itu menghentak saya untuk melangkah ke depan lebih baik. Walau kadang terseok, saya tetap berusaha menapak tegak dan lurus. Esok harus lebih cerah dari hari ini maupun kemarin.

Banyak hikmah dan pelajaran yang saya petik dari masa yang telah terlewat. Bahwa segala sesuatu selalu mengandung unsur kebaikan. Tinggal bagaimana kita merasakan dan menjalaninya. Keberhasilan dan kegagalan, kebahagiaan dan kesusahan, juga mungkin pertemuan dan perpisahan adalah romantika kehidupan yang akan terasa nikmatnya saat kita nanti mengenangnya di kemudian hari. Memang, hidup tidaklah mudah. Begitu banyak keinginan, harapan, cita-cita atau mungkin cinta kita yang kandas, tak sesuai rencana. Tapi begitu banyak pula keindahan-keindahan yang kita peroleh dalam hidup tanpa kita menyadarinya. Lihatlah, kita masih bisa menjalani hari-hari, mengiring sinar sang surya, menghirup segar udaranya, berkreasi tanpa batas dan menikmati warna-warni alam raya lainnya. Betapa menyesalnya kita bila tidak mensyukuri dan mengisinya dengan citarasa kearifan.

Bila napak tilas ke belakang, begitu banyak hal dan kesempatan terlewat tanpa saya sempat menangkapnya sebagai sebuah keberhasilan. Sesal kadang mengiring hari-hari kemudian. Namun sesuatu yang kadang di luar pikir dan jangkauan malah teraih dengan tidak disangka-sangka. Tanpa susah payah mengejar ternyata hinggap dengan manis di pelukan. Memang begitulah kehidupan. Kita tidak mengetahui rencana tuhan kepada hamba-hambanya. Mungkin yang terbaik adalah tetap berusaha sekuat tenaga, menikmati proses yang terus berjalan sambil berpasrah tentang hasil kepada kuasa-Nya.

Dulu kala saya masih bayi, kemudian beranjak menjadi besar, remaja hingga dewasa. Sekarang mungkin memasuki usia pertengahan. Rahasia-rahasia besar lainnya menanti di masa yang akan datang. Hanya dengan doa dan keikhlasan, saya akan menjawabnya. Tuhan, bentangkanlah sayap-sayap-Mu melingkupi langkah-langkahku……

Gunung Mijil, 2 November 2007

Minggu, 11 November 2007

coming soon