Senin, 07 April 2008

JLANTHAR, SISI LAIN SEBUAH KESETIAAN



Kali ini saya akan bercerita yang ringan-ringan saja. Tentang kucing kesayangan keluarga kami. Jlanthar namanya. Sebetulnya banyak sebutan yang dialamatkan kepadanya, tapi nama itu yang paling familiar. Sebuah nama merujuk pada bentuk ekornya yang memanjang.

Sebetulnya dibilang hewan kesayangan sih ngga betul-betul amat. Berkali-kali kami ingin membuangnya karena perilakunya yang kadang kelewatan. Mencuri daging dan ikan di meja, berak sembarangan di dalam rumah atau berkejar-kejaran dengan kucing lain hingga merusakan atap dan eternit rumah. Tapi sifatnya yang memelas dan sok akrab dengan seluruh penghuni rumah membuat kami mengurungkan niat untuk membuangnya.

Jlanthar adalah generasi kesekian dari Simbok, julukan bagi kucing perempuan tua yang lama berkeliaran di lingkungan tempat tinggal kami. Simbok ini adalah cikal bakal yang telah melahirkan berpuluh-puluh ekor kucing disini. Bila Anda bertandang ke tempat kami, akan terlihat komunitas kucing di berbagai sudut kampung. Dari rahim simbok inilah para kucing itu bermula dan kemudian beranak pinak. Jlanthar salah satunya.

Sebetulnya tak ada yang istimewa dari kucing satu ini. Bahkan terkesan sebagai kucing rumahan yang penakut. Ia hanya berkeliaran di seputar rumah. Bila dilepas di tempat yang agak jauh dari rumah niscaya ia akan kesulitan pulang. Yang membedakan dengan kucing-kucing lainnya mungkin adalah kesetiaan dan loyalitasnya yang tinggi pada keluarga kami. Disuruh dan diperlakukan apapun ia manut. Padahal kalo dipikir-pikir, ikut dengan keluarga kami adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Jarang ada makanan dan penghuni-penghuninya hilir mudik tanpa pernah tinggal tetap di dalam rumah. Untunglah si Jlanthar ini adalah kucing yang tidak neko-neko. Mau makan apa saja. Kadang ia memburu kadal-kadal liar yang biasa berkeliaran di kebun. Kali lain ia terlihat memburu hewan-hewan kecil yang beterbangan di sekitar halaman. Jadi, kalo selama ini badannya terlihat kurus dan ceking, itu adalah bentuk laku prihatin yang dijalaninya sekaligus bukti loyalitas dan kesetiaannya yang tak pernah pudar kepada keluarga kami.

Satu lagi hal mulia dari kucing ini adalah rasa kasih sayangnya yang tinggi terhadap sesama hewan. Berkali-kali ia menolong dan membimbing kucing-kucing kecil yang terlunta-lunta di jalanan. Ia bawa kucing-kucing itu ke rumah kami. Seperti adiknya sendiri, ia ajak mereka mencari makan dan sekedar bermain-main. Entah sudah berapa banyak cemeng-cemeng yang ia selamatkan kemudian setelah besar ia lepas untuk mencari penghidupan sendiri-sendiri.

Itulah Jlanthar, kucing kurus kesayangan keluarga kami. Dalam kesunyian hidupnya ia masih mampu membuat teladan-teladan hebat bagi manusia. Kesetiaannya tak pernah lekang di makan waktu. Seakan menampar kita, manusia, yang perlahan mulai lupa apa itu sebuah kesetiaan. Terkadang saat saya rindu rumah, sosoknya selalu membayang di pelupuk mata...

Giant, suatu malam

Tidak ada komentar: