Inilah hari-hari apes saya. Mungkin juga tuhan sedang menguji saya. Bermula dari peristiwa suatu malam ketika mengantarkan kawan saya di daerah Kricak. Secara tak sengaja saya menabrak tikus wirok besar yang sedang hamil di sebuah gang. Sebetulnya tidak benar-benar menabrak. Si tikuslah yang menghampiri motor saya. Sepertinya ia memang ingin bunuh diri. Dan memang akhirnya ia tewas secara tragis. Terkapar di tengah jalan. Sayang, waktu itu saya tak kepikiran untuk meminggirkan mayatnya ke tepian.
Setelah peristiwa itu ( mungkin ini cuma perasaan saya), bertubi-tubi kesialan menimpa saya. Dimulai dari diare berkepanjangan yang tak sembuh-sembuh. Berbagai jenis obat saya telan, tapi tak kunjung sembuh juga. Bahkan cara tradisional juga saya coba, seperti mengunyah daun jambu. Tubuh jadi meriang dan kepala makin pusing. Di tempat kerja pun saya harus bolak-balik ke belakang. Diare ini akhirnya berakhir berangsur-angsur setelah saya periksakan ke rumah sakit.
Hampir bersamaan dengan diare ini, ada beberapa persoalan pribadi yang melilit saya. Membuat saya harus berpikir sangat keras. Untunglah juga tidak berlarut-larut.
Kesialan berlanjut ketika saya bersama kawan-kawan mendaki Sindoro. Awalnya, saya sangat percaya diri akan dapat menaklukan Sindoro dengan mudah. Gunung ini tidak terlalu tinggi dan medannya kelihatan mudah. Tak dinyana disana saya seperti kehilangan tenaga. Kaki ini sulit digerakkan dan nafas tersengal-sengal. Akhirnya, saya memang tidak mampu sampai ke puncak Sindoro. Untuk turun kembali pun saya harus berjuang sekuat tenaga. Belum pernah saya alami kegagalan sadahsyat ini. Mungkin banyak orang mengira saya kapok naik gunung lagi. Tidak. Saya tidak kapok naik gunung lagi. Saya masih ingin mendaki lagi. Tapi dengan persiapan dan kondisi tubuh yang lebih prima. Maaf kawan, mungkin kemarin saya agak menghambat pendakian kalian. Suatu saat akan saya tebus kegagalan kemarin...hehe.
Dan ini adalah puncak kesialan saya. Tadi sore, sewaktu pulang kerja berboncengan dengan kawan saya, menyerempet anak sekolah di Jalan Wates dekat pertigaan Sentolo. Tiba-tiba saja diantara kerumunan kendaraan, seorang anak sekolah bersepeda berbelok memotong jalan. Walau tidak menghantam secara telak, tapi anak ini jatuh dan lecet-lecet juga. Sialnya, ada polisi juga disitu. Tapi untungnya polisi ini lumayan baik. Tidak minta macam-macam. Damailah intinya begitu. Saya kasih anak ini uang Rp 20.000,00 untuk mengobati lecetnya. Awalnya sih mau saya bawa ke rumah sakit sekalian saya antarkan pulang. Tapi si anak dan seorang saudaranya yang kebetulan ada disitu menolak tawaran saya.
Saya pikir persoalan selesai sampai disitu. Ternyata masih berlanjut juga. Sorenya ibu si anak mencari saya bersama polisi tadi. Ia mengatakan bahwa tangan dan kaki anaknya tak dapat digerakkan. Dan harus dibawa ke rumah sakit. Ia juga minta ganti hp anaknya yang rusak karena terjatuh. Saya agak tercengang juga melihat permintaan ibu si anak yang macam-macam ini. Padahal, ketika saya tanya tadi si anak menjawab tidak ada keluhan apa-apa. Saya beriktikad baik. Saya turuti saja kemauan si ibu ini asal masuk akal. Kalo memang sakit benar-benar, saya bersedia mengganti. Kalo perlu rontgen sekalian. Soal hp pun saya bersedia menservicenya lagi. Walau agak berbelit-belit, akhirnya saya dan ibu si anak ini berdamai dengan baik. Bahkan, saya seperti mendapat saudara baru. Saya menjadi akrab dengan seluruh keluarganya.
Demikianlah kesialan-kesialan saya hari-hari belakangan ini. Walau berakhir dengan baik tapi sedikit banyak menggetarkan hati saya juga. Mungkin saya harus lebih banyak introspeksi lagi. Banyak tingkah laku dan perbuatan saya yang menyimpang dari jalan lurus yang maha kuasa. Saya harus benar-benar banyak berbenah. Semoga kesialan ini tidak kembali berlanjut.....
Salam.
Giant, 31 Maret 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar