Suatu malam, saya menyempatkan potong rambut di sebuah salon kecil di kota saya. Tak dinyana, salon yang biasanya sepi mamring ini mendadak ramai sekali. Antrinya minta ampun. Sepertinya hampir semua salon di kota saya pada Hari Minggu itu memang membludak. Yah, mungkin karena udara di kota saya akhir-akhir ini mendadak panas bukan kepalang. Pergantian musim dari kemarau ke penghujan kiranya yang membuatnya begitu. Rambut yang tumbuh lebat di kepala tentu semakin membuat gerah sekujur badan. Pun demikian dengan saya. Kepala ini semakin terasa berat menyandang rambut tak beraturan yang mulai menjalar sampai krah baju. Padahal saya benar-benar bermimpi memiliki rambut panjang. Mengingat bagian depan kepala saya sedikit membotak, saya selalu berandai-andai seperti Piyu Padi. Tapi alih-alih seperti musikus kondang itu, setelah saya amati benar-benar kok muka saya menjadi semakin aneh. Semakin lucu. Semakin memperlihatkan aroma kejenakaan Saya jadi sering tertawa geli memandang sosok wajah ini di depan cermin. Duh...gusti, ini anugerah atau bencana baik yang patut disyukuri...hehe.
Bukan masalah pergantian cuaca atau rambut yang mulai rontok yang menjadi sasaran utama posting saya kali ini sebenarnya. Tapi suara-suara yang selalu menggelitik nurani saya. Suara-suara yang selalu berdengung : kamu sudah tua, apa yang telah kauperbuat dalam hidup ? Apa jasa dan tenagamu bagi kehidupan ? Adakah makhluk lain merasa nyaman dengan keberadaanmu di dunia ? Ataukah engkau hanya menjadi pelengkap derita saja ? Pertanyaan-pertanyaan yang kadang menelisik sampai jauh ke dalam pikir saya. Membuat saya banyak melamun, mengingat-ingat masa lampau sambil membayangkan masa-masa yang akan datang. Yah, begitu banyak lika-liku dan cerita di dalamnya. Terkadang jalan hidup memang tak seperti yang kita kehendaki, tapi pada akhirnya kita tetap harus bersyukur. Betapa tuhan telah menyuratkan cerita begitu berwarna pada diri kita. Belum tentu orang lain memilikinya. Tinggal kita mengolahnya dengan sedikit rasa agar bisa memberi arti bagi diri kita sendiri, orang lain ataupun lingkungan sekitar.
Dan memang saya harus benar-benar bersyukur. Setelah saya renungkan, banyak juga catatan kebaikan dan nilai kemanfaatan saya di dunia. Walau tentu saja banyak juga keburukan yang saya lakukan. Manusia tidak ada yang sempurna. Yang terpenting kita selalu berupaya berbuat baik dan bermanfaat bagi sesama. Apapun itu. Insyaallah niatan itu akan dapat saya lakukan.
Kebetulan sekali pula banyak sahabat yang hari-hari belakangan ini bertukar pikiran dengan saya. Dan secara garis besar masalah yang mereka hadapi adalah sama : kebingungan atau ragu memilih arah jalan hidup ketika di hadapan mereka terbentang begitu banyak pilihan untuk merenda masa depan. Terkadang memang sulit hidup diantara pilihan-pilihan. Tetapi begitulah kehidupan. Tidak semuanya dapat kita raih. Sebenarnya menurut saya, apapun pilihan kita itu adalah baik. Asal ada tanggungjawab dan dilakukan dengan sepenuh hati. So...maju terus dengan pilihan dan impian-impianmu kawan. Buat Pak Dhe...jalan hidupmu masih saya olah menjadi sebuah masterpiece. Semoga engkau tetap istiqomah tanpa riba di jalur syariah sekalipun mimpimu merengkuh nunuk tak bakal pernah kesampaian...hehe. Buat lepex, jangan pernah menyerah bro, sekalipun rembulan tak dapat kauraih setidaknya engkau masih bisa memandangi raut wajahnya di malam hari. Sinarnya senantiasa menghiasai malam-malam indah kita. Buat Fa, selamat berkarya di kota kembang. Jangan lupa, kalo nanti dapat kawan mojang priangan yang pahen dan berambut lurus panjang kaya Luna Maya butuh pendamping hidup yang agak nyentrik dalam penampilan maupun pemikiran, kasih saja curriculum vitae saya...hehe.
Sebagai penutup, saya akan menukilkan kata mutiara yang saya dengar di radio pagi tadi. Hidup bukanlah melakukan segalanya. Hidup adalah melakukan sesuatu. Tentang maksud kata-kata itu, silakan Anda jabarkan sendiri...hehe.
Salam,
1 komentar:
saya memilih untuk menjadi blogger.
trus pembenaran atas pilihan saya itu apa ya mbah??
hehe
Posting Komentar