Sebentar lagi tahun 2007 akan meninggalkan kita. Segera akan kita sambut fajar baru tahun 2008. Sebenarnya itu adalah hal biasa dan merupakan hukum alam, dimana waktu akan terus merambat sepanjang zaman. Tetapi yang perlu kita renungkan adalah betapa sang waktu merambat begitu cepat. Serasa baru kemarin kita menjadi anak kecil yang bermain lepas kesana-kemari tanpa beban kini telah menjadi orang dewasa dengan segala problemanya yang bertubi-tubi. Serasa baru kemarin kita bertegur sapa dengan orang-orang yang kita kasihi sekarang mereka telah pergi meninggalkan kita satu persatu. Serasa baru kemarin kita mereguk nikmat kebahagiaan kini kesedihan-kesedihan melanda tak terkira. Memang, segala sesuatu berjalan tanpa bisa kita duga dan sadari. Hanya perenungan-perenungan yang menyadarkan kita tentang hakikat hidup dan kehidupan yang kita jalani.
Hidup ini penuh tamsil, bila mau memahaminya. Alam adalah guru yang baik bagi kita. Mengajarkan nilai-nilai melalui tamsil-tamsilnya yang tersebar di jagad mayapada ini. Lewat sebuah pensil, Pablo Coelho dalam bukunya The Story of The Pencil secara gamblang menamsilkan betapa pensil tidak hanya bisa dijadikan rujukan dalam membentuk kepribadian, tetapi juga menyadarkan bagaimana kita memandang segala hal di luar diri kita. Seperti yang diterjemahkan oleh Sitok Srengenge dalam kolomnya di sebuah harian berikut ini.
****
Seorang bocah menyaksikan neneknya sedang menulis sepucuk surat. Seketika si bocah bertanya, ”Nenek menulis tentang apa yang telah kita kerjakan? Apakah itu cerita tentang aku?”
Sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya : ”Nenek memang menulis tentang kamu, tapi yang lebih penting daripada cerita ini adalah pensil yang Nenek gunakan. Nenek harap, ketika dewasa nanti, kamu akan seperti pensil ini.”
Si bocah memandang pensil itu. Tak ada yang istimewa. “Tapi nek, ini tak beda dari pensil-pensil lain yang pernah kulihat.”
“Itu tergantung bagaimana kamu memandang sesuatu,” sahut sang nenek.
Pensil ini, lanjutnya, punya lima keistimewaan yang bila kamu kelola secara baik, akan menjadikanmu seseorang yang senantiasa berdamai dengan dunia.
Pertama, kamu berbakat menghasilkan sesuatu yang hebat, tapi jangan pernah lupa ada tangan yang membimbing langkahmu. Kita sebut itu tangan tuhan dan Dia senantisa membimbing kita sesuai kehendak-Nya.
Kedua, sekarang dan nanti, Nenek harus berhenti menulis dan menggunakan sebuah rautan. Itu akan membuat pensil ini sedikit menderita, tapi setelah itu ia akan lebih tajam. Kamu juga begitu, harus belajar menahan sakit dan derita, sebab semua itu akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketiga, pensil ini selalu mengingatkan kita agar menggunakan penyetip untuk menghapus kesalahan. Artinya, mengoreksi segala yang telah kita lakukan bukanlah hal yang buruk, dan akan membantu menjaga kita tetap pada jalan menuju keadilan.
Keempat, apakah sesungguhnya yang berarti pada sebatang pensil bukanlah kayu bagian luar, melainkan grafit yang berada di bagian dalam. Maka selalu perhatikan apa yang terjadi di dalam dirimu.
Terakhir, yang kelima, pensil selalu meninggalkan jejak. Dengan cara yang sama, kamu musti tahu bahwa apapun yang kamu lakukan dalam hidup akan meninggalkan jejak, maka sadarilah setiap tindakanmu.
***
Demikianlah, sang alchemist Pablo Coelho mengungkapkan tamsil kehidupan sebuah pensil melalui percakapan seorang nenek dan cucunya. Di dalamnya terkandung pesan agar kita selalu arif dan bijak menyikapi segala sesuatu dalam hidup ini. Hidup adalah sebuah anugerah, dimana segala warna-warninya ada disitu silih berganti. Nikmatilah semua itu dengan tetap selalu yakin bahwa tuhan bersama kita.
Tahun 2007 akan segera kita tutup. Jejak-jejak kita yang tertinggal di tahun tersebut akan menjadi kenangan indah di tahun berikutnya sebagai pelajaran untuk melangkah ke depan dengan lebih baik. Semoga tahun 2008 memberikan pencerahan dan kehidupan yang lebih baik bagi kita semua.
SELAMAT TAHUN BARU 2008 UNTUK KAWAN-KAWAN SEMUA.
Wates city of Pepunden, 29 Desember 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar