Selasa, 11 Maret 2008

SPG

Inilah perempuan-perempuan segar dan manis yang lekat dengan kehidupan saya sehari-hari. Sudah lama saya ingin menuliskannya di blog tapi belum kesampaian-kesampaian juga. Mungkin karena kehidupan mereka sudah menjadi hal biasa bagi saya maka malah terasa sulit untuk sekedar menorehkannya dalam bentuk kata-kata. Yah...tidak terasa sudah tujuh tahun lebih, saya bekerja dibawah atap gedung berlantai empat ini. Memandang riuh keramaian dari hari ke hari. Melihat bermacam polah tingkah manusia. Menyimak trend pergaulan anak muda yang membuat jiwa saya tak pernah merasa tua (...hehe, mungkin?? ). SPG atau sales promotion girl selalu memberi nuansa tersendiri bagi kami para pekerja-pekerja toko. Canda genit dan senyum menggodanya selalu menebar pesona bagi siapa saja di sekitarnya

Banyak pandangan miring tentang profesi ini. Mungkin karena media lebih senang mengungkap sisi gelapnya saja sehingga orang tergiring pada opini bahwa SPG adalah profesi yang lekat dengan glamouritas ataupun dunia esek-esek. SPG adalah perempuan-perempuan bispak atawa bisa dibawa kemana saja oleh lelaki-lelaki nakal. SPG adalah perempuan perayu bos-bos besar agar produk atau bisnisnya laku di pasaran. Mungkin anggapan itu ada benarnya juga. Tetapi tidak semuanya begitu. Lebih banyak lagi SPG yang baik-baik. Bahkan lebih baik moral dan akhlaknya daripada kita yang sering mengaku-aku sebagai orang suci. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari profesi seorang SPG. Pekerjaan dan perjuangannya dalam mencari sebuah penghidupan untuk diri, keluarga atau mungkin juga orang-orang terdekatnya.

Menurut pengamatan saya, SPG dapat dibagi dalam dua kelompok. Yang pertama adalah SPG event atau SPG stand yaitu SPG yang sering terlihat dalam event-event tertentu seperti pameran, expo, peluncuran suatu produk baru atau acara-acara seremonial sejenis lainnya. Umumnya badan mereka tinggi-tinggi dan wajahnya cantik-cantik. Penampilannya juga oke. Biasanya mereka adalah mahasiswi yang nyambi kerja atau lulusan-lulusan perguruan tinggi. SPG seperti ini kerjanya bisa dikatakan part time artinya sering berpindah-pindah dari satu produk ke produk lain dan tidak melulu setiap hari. Hanya pada event-event tertentu. Walau begitu pendapatannya sangatlah besar. Setiap hari mereka bisa mengantongi uang sampai ratusan ribu rupiah. Menjadi SPG stand biasanya adalah jembatan untuk merengkuh dunia hiburan seperti menjadi model atau bintang sinetron. Seperti halnya para artis mereka umumnya bernaung dalam suatu agency tertentu.

Kelompok kedua adalah SPG supermarket. Mereka adalah yang sering kita lihat mendisplay dan menawarkan barang di supermarket atau pusat-pusat perbelanjaan. Umumnya penampilan mereka biasa-biasa saja. Tidak terlalu cantik dan vulgar seperti SPG stand. Kebanyakan adalah lulusan-lulusan sekolah menengah walaupun ada juga yang kuliahan. Dibandingkan kelompok pertama, SPG ini bekerja lebih berat. Selain harus bekerja setiap hari, menata dan menawarkan produk, juga dibebani target tertentu. Biasanya target mingguan atau bulanan. Gajinya pun tidak sebesar SPG stand. Meskipun begitu ada juga yang tinggi untuk produk-produk terkenal, semisal produk susu, kosmetik, nivea atau juga loreal. Saya sempat ngiler juga melihatnya. Dulu, sewaktu gaji saya masih dibawah limaratusan ribu, gaji mereka sudah diatas satu jutaan. Belum lagi ditambah bonus penjualan. Mungkin malah bisa melebihi gaji pegawai negeri sekalipun.

Meski gaji para SPG ini bisa dikatakan memadai untuk ukuran normal, tapi profesi ini tentu bukanlah profesi yang menjanjikan masa depan yang baik. Tidak selamanya mereka akan bekerja di jalur ini. Kelak bila usia mereka mulai merangkak naik dan penampilannya juga sudah tidak memungkinkan lagi untuk menarik konsumen, tentu mereka harus beralih profesi. Perlu diketahui juga, belakangan ini suatu perusahaan (distributor) lebih senang mengikat karyawannya dengan sistem kontrak. Durasinya bisa 3 bulan, 6 bulan ataupun 1 tahun. Bila performa kerja mereka baik, target selalu tercapai, mungkin kontrak kerja bisa berlanjut. Tapi bila jelek, siap-siap saja terlempar dari pekerjaan ini.

Selain hal diatas, masih banyak lagi beberapa persoalan yang mendera SPG. Terkadang hak-hak mereka sebagai pekerja sering dilanggar oleh agen atau distributor yang mempekerjakannya. Misalnya saja, gaji yang seharusnya mereka peroleh sering terlambat di transfer ke bank atau juga pemutusan kerja sepihak apabila tidak memenuhi target. Mengingat jumlah mereka yang tidak sedikit kiranya diperlukan adanya wadah semacam serikat pekerja untuk menampung aspirasi mereka.

Bila dalam tulisan ini saya keliatan serius dan sedikit membela mereka, itu bukan karena apa-apa. Mungkin karena sepanjang hari saya bertemu mereka. Mungkin juga karena kawan-kawan saya kebanyakan adalah mereka. Atau mungkin juga saya sedang jatuh cinta dengan salah seorang SPG :D ?? Tak tahulah. Yang terang saya hanya ingin berkata bahwa setiap pekerjaan itu mulia asal tidak melanggar agama dan norma yang ada meskipun mungkin banyak orang yang memandang miring. Sebuah intan tetap akan terlihat kemilaunya dan dipandang berharga meski berada dalam comberan hitam sekalipun. Yang penting, pandai-pandailah menjaga diri kawan.

Salam...

Jogja, 11 Maret 2008

5 komentar:

WHY MAM mengatakan...

mbah..pesen SPG sing bahenol,sexsi,centil,genit..dikirim ng anghkringan yoh,..biar tambah rame..wkkekeke..ongkos kirim beres wes!!!..

Kristina Dian Safitry mengatakan...

setuju! SPG dibagi menjadi dua kategori seperti yg tertulis diblog ini. Secara pribadi dian menilai TAK ada yg salah dari keduanya, sekalipun jadi pekeja esek2. meski konotasinya buruk dimasyarakat, tapi hendaknya kita juga bisa bertanya dalam hati kita: Kenapa mereka melakukan itu? Bagaimana kita "mendekati'' atau jika "mengangkatnya" dari lembah itu.

Dian bukan termasuk dalam golongan itu, but bukan hanya sekali dua, dian meliput kegiatan yang berhubungan dengan FAKTA SOSIAL, termasuk seperti artikel diatas.

Yodie Hardiyan mengatakan...

pembelaan yang obyektif :)

tapi..

nampaknya anda sedang terpikat dengan seorang SPG

*tuduhan yang tak berbukti..

hehe..

Salam dari Salatiga

Anonim mengatakan...

setuju!mbah Imemang dahsyat!!!

Lovely Dee mengatakan...

Sepakat.. SPG kayaknya memang ada dua kategori spt yg dirimu sampaikan. Memang yang SPG displayer di Supermarket yg kerjanya lebih berat dan uang lbh sedikit. Gak fair juga ya.. Dengan fisik berlebih SPG stand/event bisa dapet uang lbh banyak dr SPG supermarket.

Tentang image negatif SPG, emang sering diperbincangkan. Gak fair juga klo gebyah uyah gitu. Meski gitu, tetep aja aq ga dibolehin jadi SPG..