Senin, 07 Januari 2008

MIMPI DAN RESOLUSI 2008

Ketika Si Panjoel nggunem di blognya tentang mimpi dan resolusi di tahun 2008, saya jadi kepingin nulis hal yang sama. Mumpung masih dalam suasana tahun baru dan sebentar lagi masuk pula tahun baru Islam 1 Muharram 1429 H. Yah, sekedar memanfaatkan moment lah.

Mimpi? Apakah saya pernah benar-benar bermimpi atau berangan-angan dalam artian yang sesunguhnya? Apakah saya pernah berusaha sekuat tenaga mewujudkan impian-impian saya. Saya rasa tidak. Kadang saya berpikir, saya hanya bermain-main dengan mimpi. Saya terlalu nyante untuk mewujudkan sebuah mimpi menjadi kenyataan. Mimpi mungkin hanya sebagai pewarna hidup saja. Bagi saya itu sudah cukup. Setidaknya dengan bermimpi kita masih mempunyai semangat untuk menyambung nafas. Mimpi memelihara hidup.

Saya rasa banyak mimpi dan angan-angan saya semenjak kecil, remaja hingga sekarang. Ada mimpi yang cuma iseng atau main-main. Ada juga mimpi yang benar-benar serius. Dari banyak mimpi itu, ada satu dua yang tercapai menjadi sebuah kenyataan, tapi lebih banyak lagi yang buyar di tengah jalan atau malah cuma mengawang di awang-awang. Sangat sulit bagi saya untuk menyebutkan mimipi-mimpi saya yang menjadi kenyataan. Mungkin salah satunya adalah hingga detik ini saya masih dikaruniai kesehatan yang prima setelah dulu waktu kecil sering sakit-sakitan, dikaruniai sebuah keluarga dengan orang-orang dekat yang begitu hangat, dan juga sedikit banyak masih bisa membuat mereka tersenyum dan tertawa. Saya pikir itu sudah lebih dari cukup buat saya.

Tentang mimpi-mimpi saya yang kandas, terlalu banyak untuk disebutkan. Mending kita bicara ke depan. Masih banyak angan yang bertabur di langit impian. Salah satunya adalah keinginan saya untuk eksis dan bisa menulis di berbagai media. Ini mungkin untuk membayar cita-cita saya yang gagal menjadi seorang jurnalis. Untungnya, belakangan ini saya bergaul dengan orang-orang yang gemar menulis. Ditambah lagi banyak sarana yang mendukung untuk melampiaskan hasrat saya itu. Salah satunya ya ngeblog ini. Walau agak naif dan terlambat, saya tak ambil pusing. Bukankah semangat harus tetap dijaga. Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang tanpa orang itu merubah nasibnya sendiri. Begitu firman tuhan dalm kitab suci.

Tentang resolusi di tahun 2008, mungkin Anda pikir nikah? Bukan. Bagi sebagian orang memasuki usia kepala tiga adalah warning untuk segera membina biduk rumah tangga. Banyak kawan saya yang kelimpungan di usia segitu belum juga menemukan tambatan hati. Kalo saya mah ngadem dulu aja. Memang sih pernah terluncur dari mulut si bos, abah saya, mengaharap saya untuk segera menikah. Dengan sambil lalu saya bilang untuk tahun ini kayanya belum. Saya beri tenggat waktu si bos sampai tahun 2009, saya akan benar-benar serius memikirkan hal itu. Lagian abah, pakdhe dan juga saudara-saudara saya dulunya nikah diatas usia 30tahunan juga. Nyatanya, keluarga dan kehidupan mereka lebih teratur dan terencana. Itung-itung nabung dululah, bekerja semaksimal mungkin.

O...ya, tentang resolusi di tahun 2008 tadi. Saya berkeinginan sekali untuk bisa membuka usaha sampingan, entah itu apa. Memang sih, sudah ada beberapa beberapa gambaran di kepala ini. Tapi terbentur waktu dan dana. Semoga di tahun ini saya bisa mewujudkannya.

Sementara itu dalam lingkup yang lebih luas, saya berharap negara kita tercinta ini lebih baik lagi dalam segala hal. Rakyat tercukupi sandang, pangan dan papan. Lapangan kerja melimpah ruah sehingga kesenjangan sosial dapat dikurangi. Tidak ada lagi sebagian rakyat yang merasa dirampas hak-haknya. Tidak ada lagi rasa benci dan curiga diantara sesama anak bangsa. Pemimpin lebih memperhatikan rakyatnya daripada sibuk bagi-bagi uang dan kekuasaan. Korupsi, kolusi dan nepotisme tidak ada lagi, sehingga mereka-mereka yang gurem kebagian kerjaan di tempat-tempat basah ataupun proyek-proyek besar. Ah...masih banyak lagi sebenarnya mimpi saya untuk bangsa yang sedang carutmarut ini. Mungkinkah sekedar utopia belaka? Entahlah waktu yang akan menjawabnya....

Dalam kolomnya di Harian Suara Merdeka pagi ini, mas Eko Adipriyono mengungkapkan bahwa spiritualisme yang melewati sekat-sekat agama, etnik, kelompok ataupun golongan adalah jawaban untuk mengatasi tantangan dan ramalan-ramalan yang menggambarkan bahwa tahun 2008 ini adalah merupakan tahun yang suram dan penuh bencana. Seseorang yang menurut ‘perhitungan langit’ hanya akan berumur 50 tahun ternyata bertahan hidup sampai 70 tahun. Ketika ditanya mengapa ia bisa memperpanjang usia, orang tersebut mengatakan bahwa dalam ‘sisa-sisa hidupnya’ ia selalu berbuat baik kepada sesama. Ia membantu penguburan orang mati, menolong orang yang kesulitan dan berusaaha keras tidak menyakiti hati sesama. ‘Perhitungan langit’ ternyata dapat ‘terpatahkan’ oleh perbuatan-perbuatan baik seseorang, meskipun orang tersebut sudah ‘dinasibkan’ hanya berumur 50 tahun. Maka, jangan menyerah pada ramalan atu prediksi masa depan. Semua itu bisa kita tangkal dengan perbuatan baik dan ikhlas, menembus batas-batas yang bersifat material dan fisik.

Jadi, marilah kita sambut tahun baru Masehi 2008 dan Hijriah 1429 ini dengan semangat yang terus menyala. Jangan padamkan mimpi-mimpi dan angan-angan itu dari langit-langit pikir kita. Ingat kawan...MIMPI MEMELIHARA HIDUP.

Wates city of passion, 06 Januari 2008

Tidak ada komentar: