Senin, 07 Januari 2008

PERTOBATAN LEPEK




aku dan kemarin

hidup terasa membosankan di saat semua terasa jauh..
jauh duit..jauh kerja..jauh everything...
apalagi ma Yang Maha Kuasa..
well, i hope everything will be okey..
( sms dari agus beberapa bulan yang lalu..)



argumen koyak..

kurasa apa yang kau katakan benar..
aku selalu berkarib dengan asap rokok,
kadang pula berkeluh kesah pada botol2 alkohol,
pernah pula mengais rejeki di lingkaran judi..
kau ingin kuputar 90 derajad,
bisa gila aku tanpa jenjang bertingkat..
lalu apa yang tersisa diharap ??
hanya kalap ?

kamu juga benar...
aku hampa cita, kedepan tiada sketsa..
terombang ambing di pusaran waktu..terbelenggu..
apa yang kutunggu ?
apa yang kau tunggu ?
sekelumit asa ini kehilangan peta..
aku tahu..ini bukan awal, juga bukan akhir..

kamu selalu benar !!!
aku tertatih dalam hitam....,
kau katakan itu saat kebencian yang berpihak...
tanpa sadar aku terkoyak-koyak..


aku adalah aku..
hanyalah aku..
sebuah ruang kosong dalam lukisan abstrak,
takkan bisa tersapu kuas...
sebentar lagi titik-titik hitam terkelupas
putih meraja tiap bagian kanvas...


lemah

aku terkatung, di dunia yang tak mau tersenyum..
siapa hendak kusapa..
siapa mau menyapa..
diam tak berdaya..
kurindu pada hujan,
di gemericiknya kulabuhkan segala picik..
agar lara ini hilang pemantik..
aku telah kuyup, bahkan dalam telungkup..


pilu

waktu telah melesat, sinis tatap aku sekarat..
memar yang belum sembuh benar, kembali membengkak..
saat kau ungkit lagi hitam yang pernah ku jejak..

jauh di dalam lubuk aku benar-benar telah terpuruk,
tak perlu lagi kau kutuk..
aku menyesal..amat sangat menyesal..
itu yang ingin kau dengar ?
biar saja lara ini kupendam..sampai titik karam..

( Landung 'Lepek' Widodo )


sumber : www.jangkrikngerik.blogspot.com




Pada awalnya saya cuma mengcopy paste puisi Lepek diatas kemudian saya posting di OASE. Berhubung banyaknya kritik yang masuk, bahwa tidak ada ‘seninya’ ngeblog kok cuma copy paste, maka berikut ini sedikit banyak puisi tersebut akan saya bedah. Dan untuk menyesuaikan isi, ulasan ini saya posting ke CELOTEH.

Lepek memang seniman sejati. Gaya hidupnya sangat nyeni. Mata pencahariannya pun begitu nyeni sekali. Serabutan. Apapaun yang menghasilkan uang, ia ambil. Entah itu ngamen, parkir, mbengkel, mancing ataupun jualan angkringan. Yang penting bisa menyambung hidup.

Saya sangat kagum sekali dengan orang ini. Apapun dapat ia kuasai. Mungkin hanya nasibnya saja yang kurang mujur, ia terdampar menjadi seniman (akur coy...hehe). Bermain musik dan merangkai bait-bait puisi tentu sudah banyak yang tahu. Sabenarnya masih banyak keahlian karib kita ini. Mancing ia sangat jago. Dulu, setahu saya hari-harinya selalu dihabiskan untuk mancing. Sampe-sampe tubuhnya kaya walesan pancing :D. Mungkin hanya satu hal yang tak dapat ia pancing. Perempuan. Kita akur lagi soal ini coy..hehe. Soalnya zaman gini susahnya minta ampun cari umpan untuk gaet perempuan...

Keahlian Lepek lainnya adalah bermain bola. Kegemarannya pada si kulit bundar mungkin setara dengan kegemarannya pada puisi dan seni. Saat ini ia tercatat membela skuad PS Armada Kedunggong. Bakat bolanya tak berkembang, mungkin karena tak banyak pemandu bakat yang meliriknya. Melihat bentuk fisiknya, ia lebih cocok jadi penjual bola daripada pemain bola, begitu mungkin pikir sang pemandu bakat : D (guyon ki..).

Masih banyak sebenarnya keahlian-keahlian lainnya. Naik gunung, main ps, bilyard, mbengkel adalah salah satu yang lainnya. Tapi yang terpenting, ia adalah sosok yang mudah bergaul, enak diajak bekerjasama dan suka menolong kawan-kawannya yang membutuhkan. Jadilah ia sering disuruh ini itu. Dengan ketulusan dan keikhlasan hatinya ia selalu siap sedia. Dalam kesederhanaannya sebenarnya terdapat hati yang sangat mulia. Mulia sekali ( sareh...sareh...aja terlalu ge er engko malah ambruk ...)

Lepas dari itu semua, tentu ada pula sisi gelap dari seorang Lepek. Berjudi, minum minuman keras dan sejenisnya seperti yang ia sebutkan dalam puisi diatas mungkin pernah ia jalani. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Sebaik dan semulia apapun seseorang pasti ada celanya juga. Tiada gading yang tak retak. Yang terpenting adalah orang itu menyadari kekurangan dan ketidaksempurnaanya kemudian ia mau mawas diri dan berubah menjadi lebih baik lagi. Dalam hubungannya dengan tuhan, ia mau bertobat. Artinya meninggalkan perbuatan celanya dan bertekad bulat untuk tidak mengulanginya lagi. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat. Bukankah yang akan diperhitungkan di akhirat nanti adalah hasil akhir. Lebih beruntung orang yang selama hayatnya melakukan dosa tetapi di sisa hidupnya walaupun sedetik telah bertobat daripada orang yang selama hidupnya melakukan kebaikan tetapi di sisa hidupnya walaupun sedetik berlaku maksiat. Demikian para sufi pernah berbisik...

Akhirnya, selamat bertobat Kawan. Sukses selalu untukmu...

1 komentar:

Rie Rie mengatakan...

aq justru menyukai jenis puisi seperti ini. Bebas ga ada ikatan, cuma pencurahan dan pendiskripsian yang wajar. Bagiku penyusunan kata2 yang terlalu dibuat2 agar tampak puitis adalah pemerkosaan terhadap diri sendiri, memaksakan diri.