Hari-hari terakhir ini benar-benar sangat melelahkan. Sakit bertubi-tubi menyerang badan kurus ini. Mulai dari sakit gigi, berlanjut ke diare terus sekarang dompo mulai menggerayangi tubuh. Penyakit terakhir ini belum pernah kualami sebelumnya, jadi aku masih awam dan agak sedikit takut. Maklumlah, banyak orang kiri kanan yang ngomong ngga karuan mengenai penyakit ini. Mulai dapat mengakibatkan lumpuh, menyerang seluruh badan dan sebagainya. Tapi yang jelas, banyak aktivitasku yang terbengkelai karenanya.
Aku semula tak menyangka bintik-bintik di sekitar perut hingga menjalar sedikit demi sedikit ke punggung ini adalah dompo. Pada awalnya saya kira alergi biasa. Sebab sebelum bintik-bintik ini muncul perutku benar-benar kacau, sulit buang air besar. Rasanya mbesesek minta ampun. Seperti ada yang menonjok-nonjok ke ulu hati. Badan hingga punggungpun menjadi kemeng bukan kepayang. Akhirnya, segala macam obat kucoba, mulai dari berbagai obat maag sampai obat pencahar, seperi dulcolax. Alhasil, pencernaanku lancar, bahkan sangat lancar sekali. Semalaman tak dapat kuhitung berapa kali aku bolak balik ke belakang sekedar membuang isi perut sialan ini...
Nah, setelah itulah dompo terkutuk ini menggerayangi tubuh. Bermula dari bintik-bintik kecil lalu semakin lama semakin berkembang menjadi banyak. Awalnya, seperti kubilang tadi, aku mengira ini adalah alergi biasa. Tetapi aku menjadi ragu kalo ini alergi setelah bintik ini menjadi panas kemrenyas dan tubuhkupun menjadi nyeri di beberapa bagian. Akhirnya, kuperiksakan ke dokter beberapa hari kemudian. Kata pak dokter, ini adalah dompo. Ya, dompo. Sebuah kosakata baru nama penyakit yang berkenalan dengan tubuh indahku...wekeke.
Banyak penyakit berseliweran di tubuhku. Mungkin virus-virus sedang mencoba kedigdayaanku. Dari pengalaman selama ini, aku cukup hebat menghalau mereka. Bahkan virus tubercolusis yang ganas pun bertekuk lutut di hadapanku walau harus berbulan-bulan untuk melumpuhkannya. Dari situ, aku banyak bereksperimen melakukan pengobatan sendiri selain tentu saja mengikuti petunjuk dokter. Satu yang dapat kupetik dari sini, wawasanku tentang penyakit menjadi lebih luas. Aku tidak mau penyakit yang sama menyerang dua kali. Hanya orang bodohlah yang terperosok lubang yang sama sampai dua kali.
Tentang dompo ini, aku banyak sekali mendapat referensi untuk menanggulanginya. Mulai cara medis sampai tradisional. Bahkan ada juga yang memberi saran secara gugon tuhon atau kepercayaan ala jawa yang aneh-aneh. Tapi tak tahu mengapa, di dalam benak ini tercetus ide yang mungkin agak gila. Dompo ini akan kugelontor saja dengan cairan bensin. Rasanya pasti panas. Dengan begitu akan segera tercerabut tanpa sisa dari tubuh. Tapi aku agak miris juga dengan cara ini. Jangan-jangan nanti malah infeksi. Ah, aku harus membulatkan tekad dulu...
Lepas dari itu semua, banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kesakitan ini sebenarnya. Dengan sakit kita menjadi sadar betapa mahalnya nikmat sebuah kesehatan. Sesuatu yang tidak terpikirkan dikala kita sedang sehat. Sakit terkadang juga lebih mendekatkan kita kepada sang pencipta. Betapa kita ini makhluk lemah, yang begitu kecil di hadapannya. Untuk menghadapi sakitpun tak kuasa. Yang terpenting sekarang, bagaimana membuat sakit ini menjadi berkualitas. Tidak membuat hidup kehilangan semangat tetapi malah menciptakan solusi yang bermanfaat. Tentu berpulang kepada diri kita masing-masing dalam menyikapinya....Ya ngga coy?!
Tambak, 08 Februari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar