Senin, 11 Agustus 2008

PATAH HATI



Bagaimana rasanya orang yang patah hati ? Secara langsung mungkin saya belum pernah merasakannya. Saya terlalu santai untuk hal-hal seperti itu. Tetapi sejauh pengamatan dan penyelidikan saya, patah hati atau bahasa bulenya broken heart ternyata bisa berdampak luar biasa. Menghilangkan nalar dan akal sehat. Entah itu patah hati karena ditolak cintanya oleh kekasih impian, cita-citanya tak kesampaian ataupun juga mungkin gagal dalam mendapatkan pekerjaan idaman. Semuanya terkadang membuat bumpet pikiran dan berakhir dengan perbuatan nekad.

Lihat saja fakta-fakta ekstrem berikut ini. Kawan saya pernah menenggak baygon dan berkali-kali ingin menabrakkan diri ke kereta api karena kekasih impiannya dijodohkan orang tuanya kepada pria lain. Mbak Parmi sampe tua ngga kawin-kawin karena trauma pernah dikecewakan oleh pacar-pacarnya dulu. Mas Romi kerjanya hanya melamun dan hampir seperti orang gila karena diputus pacarnya. Atau juga yang ini, seorang perempuan yang melacurkan diri dan bersumpah untuk menghancurkan setiap biduk rumah tangga gara-gara rumah tangganya dulu hancur lebur akibat suaminya serong dengan perempuan lain.

Fakta diatas adalah yang berkaitan dengan cinta, hubungan laki perempuan dan semacamnya. Sedang patah hati karena cita-cita ngga kesampaian mungkin adalah seperti yang dialami Mas Pardi kenalan saya. Gara-gara cita-citanya ingin menjadi polisi tak kesampaian ia menjadi gila beneran. Berkeliaran di jalanan sambil memakai seragam mirip polisi, bertingkah laku ala polisi lalu lintas mengatur jalan raya. Lelaki ini benar-benar shock berat. Selain gagal menjadi penegak hukum, ia juga telah kehilangan puluhan juta rupiah untuk sogokan. Padahal itu adalah uang hasil menjual tanah warisan milik keluarganya. Meski banyak slogan anti KKN di negeri ini tetapi sudah menjadi rahasia umum pada prakteknya adalah nol besar.

Maka begitu melihat berita di tv bahwa di suatu daerah ada kejadian seorang mantan calon bupati yang gagal dalam pilkada kemudian menjadi gila, ingin bunuh diri, mencak-mencak di jalanan hanya memakai cawat kemudian akhirnya berlabuh di rumah sakit jiwa. Hati saya benar-benar miris. Sang mantan calon kepala daerah ini merasa dikhianati oleh konstituennya, padahal ia telah menghamburkan begitu banyak rupiah sampe terjebak hutang yang menggunung. Perusahaannya pun gulung tikar. Sontak saya berpikir, betapa banyak yang patah hati di sekitar kita ?!

Mungkinkah watak bangsa kita yang terkenal santun dan ramah berubah menjadi beringas dan gila kerusuhan ini akibat patah hati ?? Banyak hal kalo dipikir-pikir yang layak membuat kita sebagai rakyat kecil patah hati dan kecewa kepada pemimipin-pemimpin kita. Janji-janji manis dulu sewaktu kampanye seperti dilupakan begitu saja setelah mereka naik ke atas. Habis manis sepah dibuang, mungkin peribahasa yang tepat untuk menggambarkannya. Di saat rakyat kecil begitu susahnya untuk mendapatkan secuil makanan, para pemimpin kita malah sibuk menghambur-hamburkan uang. Lihat saja wakil-wakil kita di parlemen itu. Kalo tidak tidur kerjanya cuma plesiran ke luar negeri atau malah main perempuan. Layak kan, kalo kita patah hati ?

Maka, mungkin adalah logis kalo ada buruh yang ngamuk !? Mereka sedang patah hati. Janji-janji tentang kehidupan yang lebih baik, lapangan kerja yang melimpah, tidak mereka rasakan pada akhirnya. Malah pemutusan hubungan kerja dimana-mana yang terjadi. Tenaga kerja tetap dikurangi diganti siatem kontrak. Begitu juga dengan kedatangan banyak tenaga kerja asing seakan menutup kesempatan kita untuk mencari sesuap nasi di negeri sendiri. Lihat saja fakta yang lebih nyleneh ini (maaf): untuk menjadi psk kelas atas saja perempuan-perempuan kita kalah bersaing dengan psk-psk ekspatriat dari daratan Cina dan Eropa Timur yang mengalir deras di negeri ini…

Mungkin adalah logis juga kalo ada petani yang berang sebab tanah-tanah mereka digusur hanya untuk kepentingan segelintir orang ?! Petani, yang merupakan bagian terbesar dari negeri kita, sepertinya harus selalu dikecewakan oleh penguasa negeri ini dari dulu. Tidak hanya kesejahteraan hidupnya yang terabaikan tapi kini lahan-lahan mereka sedikit demi sedikit telah dilalap gedung-gedung dan pabrik-pabrik. Tidakkah terpikir oleh para penguasa bagaimana ketahanan pangan negeri ini nantinya akan terjaga ??

Maka, bila ada survey yang menyatakan tingkat kepercayaan rakyat negeri kita tercinta ini kepada penyelenggara negaranya amatlah rendah. Tentulah itu wajar dan logis. Dan bila jumlah golput pada pemilu yang akan datang melonjak tajam, itu juga amatlah logis dan wajar. Mereka sudah patah hati. Patah hati pada segala-galanya. Sudah 63 tahun merdeka, tapi kemakmuran tak kunjung tiba. Hanya nestapa yang selalu mendera.

Sepertinya, saya yang dulu menepuk dada : tidak ada kata patah hati dalam kamus hidup saya. Kini harus meralat jauh-jauh ucapan itu. Di kolong langit Indonesia Raya ini, siapa yang belum pernah patah hati ? Saya adalah salah satu dari bagian panjang rakyat negeri ini : REPUBLIK PATAH HATI !!


Radja, 11-08-08

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Mas iki rak sampeyan bukan ngajakin orang buat golput pemilu besok to? hahahaha...saya sering patah hati juga, kalo job motret saya direbut orang...hehehehe

Anonim mengatakan...

ikutan njih mbah, namanya juga manusia mbah, patah hati, sakit hati dah menjadi bumbunya kehidupan, semua itu saling melengkapi tatanan cosmos kehidupan, yang jelas manusia normal harus punya rasa, rasa patah hati, sakit hati, cinta dan sebagainya dan sebagainya... ok banget tulisannya mbah... semangat ngeblog... mantabb..

Anonim mengatakan...

Patah hati atau sakit hati kalo jagonya kalah bertanding akan menyebabkan terjadinya rusak merusak, bakar membakar dan perilaku anarkhis lainnya.

MBAH IM mengatakan...

To Tukang Nggunem : Saya tak ngajak golput, cuma menganjurkan...kekeke. Nda ding, nanti dicap ngga nasionalis.

To Bangdhika : Benar mas. Thnx pujiannnya.

To Mufti am : Yah...itulah dunia sepakbola kita. Lebih terdengar gaung kekerasannya daripada prestasi.